"Semua itu bikin masyarakat stres, ditambah mau berekspresi malah direpresi. Pemerintah sekarang sedang menjaga stabilitas keamanan cuma ya kebablasan," kata Robowobo.
Bahkan perdebatan mengenai street art dan grafiti yang selalu dianggap vandalisme, menurut dia tak ada bedanya dengan poster, spanduk, banner produk atau politisi yang ada di setiap sudut kota.
"Bukankah itu vandal, merusak visual kota walaupun estetika seni setiap street artist atau warga berbeda tapi yang harus dihargai adalah semangat inisiatif dengan merespons lingkungan secara artistik meski menuai kritik," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegiat grafiti lainnya yang kerap dikenal dengan nama BC110 menambahkan mural itu adalah ekspresi di jalan namun sekarang isunya menjadi hal yang berbeda. "Sekarang jadi digoreng ke arah politik oleh beberapa oknum dan dipaksakan untuk menggiring opini tertentu dengan berbagai narasi an pemberitaan di media sosial, media, atau siapapun dari berbagai forum," katanya kepada detikcom.
![]() |
"Sejak dahulu teman-teman gambar di jalan, tiban meniban karya jadi suatu hal yang biasa, diblok sama Satpol PP juga ikhlas tapi sekarang malah dipolitisir bahkan sampai dikriminalisasi," tegas BC110.
Bagaimana komentar pembaca detikcom terkait penghapusan mural-mural yang marak terjadi belakangan ini?
Simak Video "Perempuan Peru Tampilkan Mural untuk Tradisi Budaya"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/nu2)