Sepeninggal seniman asal Bali, karya-karya I Gusti Ayu Kadek (GAK) Murniasih mulai mendunia. Lukisan yang blak-blakan menampilkan tentang tubuh perempuan, sensualitas sampai hal-hal tabu lainnya kini bertualang ke Singapura.
Gajah Gallery yang berada di 39 Keppel Road Tanjong Pagar Distripark menggelar pameran retrospektif dari sang seniman. Pameran tunggal itu berjudul I GAK Murniasih: Shards of My Dreams That Remain in My Consciousness yang dibuka 15 Juli 2021.
Sebanyak 50 lukisan dan patung sepanjang pertengahan dekade 1990-an sampai 2006 dipajang di Gajah Gallery. Dekade tersebut diyakini sebagai tahun aktifnya sebagai seniman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal karier, I GAK Murniasih menampilkan karya-karya berwarna pastel dengan ciri gaya pengosekan. Ia pun membuat lukisan-lukisan yang lebih berani dan cerah yang kini dikenal sebagai gaya khasnya.
Dalam keterangan yang diterima detikcom, pameran tunggal ini menghadirkan ragam tema. Mulai dari dinamika seks dan kuasa, benda-benda surealistik, makhluk dan karakter, mimpi yang hidup dan liar sampai keinginan untuk mereklamasi tubuh.
![]() |
"Membaca kembali karya I GAK Murniasih maupun tulisan mengenai kekaryaannya, pameran dan publikasi ini mendalami warisan seniman yang masih sangat kurang diperhatikan. Bagaimana karyanya bisa menjadi sangat personal dan di saat yang bersamaan juga universal," tulis Gajah Gallery.
Siapakah I GAK Murniasih?
Karya seni I GAK Murniasih erat dengan kehidupannya yang tragis namun berani. Perempuan kelahiran Tabanan, Bali, 1966 silam mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayahnya sendiri.
Ia meninggalkan Ujung Pandang (Makassar) untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga keluarga Tionghoa sejak berusia 10 tahun. Di awal usia 20 tahun, I GAK Murniasih kembali ke Bali dan bekerja sebagai kriyawati perak di celuk, Gianyar.
Simak Video "Rumah Anak Bumi, dari Ridwan Manantik untuk Anak Negeri"
[Gambas:Video 20detik]