Pameran seni Pamor Sang Pangeran yang digelar di Museum Nasional Indonesia resmi dibuka pada Rabu (28/10). Eksibisi yang menjadi bagian dari Pekan Kebudayaan Nasional 2020 mengajak publik untuk melihat warisan pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro.
Sosok Pangeran Diponegoro disajikan dalam bentuk kekinian dan modern serta disuguhkan melalui konsep storytelling dengan media video mapping. Kepala Museum Nasional Indonesia, Siswanto, mengatakan pameran yang berlangsung adalah janji negara kepada masyarakat setelah keris Pangeran Diponegoro dikembalikan pada Maret lalu.
"Pameran ini adalah gambaran eksplisit semangat juang Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Kehidupan dan perjuanganPangeran Diponegoro juga dapat menjadi inspirasi," ujarnya saat malam pembukaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pertama kalinya keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman tampil di hadapan publik. Pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro yang dipamerkan ini menemani pangeran saat Perang Jawa berlangsung dan punya kedekatan secara spiritual.
![]() |
Empat pusaka sang pangeran dibawa Belanda sebagai rampasan perang, sedangkan Keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman adalah keris pemberian Diponegoro kepada Kolonel Jan Baptist Cleerens, yang di kemudian hari mengkhianati kepercayaan Diponegoro. Keris dijadikan sebagai bukti kemenangan Belanda.
Lima pusaka Pangeran Diponegoro akhirnya kembali ke Tanah Air dalam tiga kurun waktu yakni di tahun 1977, 2015, dan 2020.
Kurator pameran, Peter Carey, mengatakan pusaka yang dipamerkan kali ini adalah balung yang terpisah kini disatukan kembali.
"Kita memperingati semangat dan pengorbanan Pangeran Diponegoro. Di sini, kita menghadapi pandemi dan lockdown. Kalau Diponegoro punya 25 tahun lockdown di Manado dan Makassar, perjalanan hidupnya sangat luar biasa," tambahnya.
![]() |
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, pun mengamini perkataan Peter Carey. Pada 1977, pusaka tombak, pelana kuda, dan payung kebesaran Pangeran Diponegoro dikembalikan. Disusul di 2015 dengan tongkat kebesarannya.
"Maret lalu, pusaka keris Pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia. Prosesnya cukup panjang dan butuh riset, koleksi museum berpindah, dan dicatat oleh neara. Pihak museum di Belanda dan kerajaan mendukung penuh pengembalian benda pusaka itu," tutur Hilmar Farid.
Lewat pameran seni Pamor Sang Pangeran, Hilmar Farid berharap eksibisi ini menjadi upaya untuk mengenalkan langsung pusaka berharga sang pangeran kepada publik.
"Saya mau menggarisbawahi, kita menggunakan cara-cara baru untuk mengkomunikasikan kekayaan kita kepada masyarakat, hal yang sangat esensial dan bisa dinikmati publik luas untuk lebih memahami budaya Indonesia lebih utuh lagi," tukasnya.
Pameran ini didukung oleh Sekretariat Presiden, Perpustakaan Nasional RI, Indonesian Heritage Society, Rijksmuseum, Perpustakan Universitas Leiden dan para pelukis Babad Diponegoro. Eksibisi ini menjadi pameran temporer percontohan dengan penerapan protokol kesehatan
yang ketat bagi para pengunjung di saat pandemi.
Pamor Sang Pangeran dibuka untuk umum mulai 31 Oktober sampai 26 November 2020 di Museum Nasional Indonesia dan wajib mendaftar terlebih dahulu lewat laman pkn.id.
(tia/doc)