Lebih dari 200 peserta mengikuti pameran seni daring Manifesto yang digelar Galeri Nasional Indonesia (GNI). Dibuka 8 Agustus, para peserta yang terdiri dari seniman dan non seniman berpartisipasi lewat seleksi ketat.
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan program seni berkala dua tahunan diselenggarakan dengan cara yang berbeda dan hadir dalam bentuk digital khususnya video.
"Pameran ini bukan hanya daring tapi melibatkan kalangan yang lebih luas, bukan hanya yang memiliki karya seni tapi masyarakat luas juga menyikapi pandemi dari berbagai latar profesi," kata Hilmar Farid saat membuka pameran daring Manifesto via Zoom, Sabtu (8/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hilmar Farid mengatakan pameran Manifesto ketujuh punya keistimewaan karena merekam apa yang terjadi saat ini. "Tapi juga merekam apa yang akan terjadi ke depannya," sambungnya.
"Semoga pameran ini bisa menjadi titik berangkat bagi seni rupa kita dan titik berangkat bagi masa depan yang lebih baik," kata Hilmar Farid.
Pameran daring Manifesto dikurasi oleh tim kuratorial yakni Rizki A Zaelani, Citra Smara Dewi, Sudjud Dartanto, Bayu Genia Krishbie, dan Teguh Margono. Tema pandemi sengaja dipilih karena memotret perkembangan seni rupa yang terkena imbas Corona.
Di awal pembukaan seleksi, ada 333 karya dari 267 peserta. Tapi video yang dikirimkan dikurasi kembali menjadi 217 karya dari 204 peserta.
Kurator pameran, Rizki A Zaelani, mengatakan meski karya yang dikirimkan adalah video tapi ada banyak ekspresi yang ditampilkan.
"Lewat medium video, ada tarian, pemeran teater, hingga karya yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Variasi ini turut menampilkan perkembangan seni media baru (new media art) di Indonesia yang semakin menggeliat," tukasnya.
Karya-karya di pameran daring Manifesto VII bisa dilihat di situs galnasonline.id mulai 8 Agustus 2020.
(tia/dal)