Situasi pandemi COVID-19 tak membuat Galeri Nasional Indonesia (GNI) berdiam diri. Untuk pertama kalinya, pameran dua tahunan Manifesto digelar secara daring yang bertajuk Pandemi.
Pameran seni Manifesto yang ke-7 pertama digelar pada 2008 menyambut peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional. Setiap penyelenggaraan, Galeri Nasional Indonesia ingin memetakan perkembangan seni rupa Indonesia dan tahun ini merespons tema pandemi yang sedang mewabah di Indonesia dan mancanegara.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto, mengatakan pandemi COVID-19 mengubah tatanan hidup dan budaya kesenian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pandemi menjadi pilot project kami untuk menjelajahi dunia baru dalam kesenian seni rupa," tuturnya saat pembukaan pameran daring Manifesto VII via Zoom, Sabtu (8/8/2020).
Pustanto mengatakan sebagai penyelenggara pameran seni dua tahunan itu, GNI punya siasat yang berbeda dari sebelumnya.
"Tema yang diangkat tim kuratorial adalah pandemi sebagai respons situasi COVID-19 yang melanda dunia dan berbagai aspek. Dikawal tim kurator, kami mengumpulkan 333 karya dari 267 peserta dan diseleksilah menjadi 217 karya video dari 204 peserta," sambung Pustanto.
Dari ratusan seniman yang berpartisipasi, kurator pameran daring Manifesto VII, Rizki A Zaelani, menjelaskan untuk pertama kalinya pula masyarakat bisa mengirimkan kreasinya yang merespons situasi pandemi.
"Dari setahun sebelumnya, kami sudah membuat format Manifesto seperti yang biasa diselenggarakan. Tapi kami meninjau ulang, ini adalah upaya dari Galeri Nasional Indonesia untuk persoalan pandemi dan ke depannya," kata Rizki A Zaelani.
Ia melanjutkan, "Pameran ini diproyeksikan melihat ke depan di perkembangan seni rupa pasca global pandemi. Bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia juga berubah."
Rizki menambahkan para peserta non seniman yang berbeda profesi menampilkan karya yang menunjukkan perjuangan mereka beradaptasi dengan perubahan. Serta menghadirkan pandemi sebagai laporan situasi yang menggugah.
Salah satu karya yang ditampilkan adalah video karya Nabila Shafa yang berjudul Biowar Daring Mahasiswi. Video berdurasi 3 menit 13 detik menggambarkan situasi mahasiswi universitas negeri di Jawa Timur yang terpaksa mengikuti kuliah daring karena pandemi COVID-19.
Seniman asal Yogyakarta Nasirun membuat video Jailangkung Tak Mengerti Corona. Video yang memperlihatkan proses melukis tentang medium lewat tradisi jailangkung untuk melihat hal tak kasat mata.
Karya-karya di pameran daring Manifesto VII bisa dilihat di situs galnasonline.id mulai 8 Agustus 2020.
(tia/dal)