Penuh dengan keterbatasan seorang remaja di Sukoharjo Jawa Tengah, bermimpi menjadi dalang kondang. Gara-garanya sejak kecil sudah dikenalkan dengan seni wayang kulit oleh orang tuanya, kini remaja ini belajar secara otodidak mendalang wayang kulit. Bahkan mampu membuat 63 tokoh karakter wayang sendiri.
Adalah Reza Yosefa (13) seorang remaja warga Sonayan RT 01 RW 5 Jetis Baki Sukoharjo. Disaat remaja lainnya senang kebut-kebutan atau berkutat dengan gadget, Reza malah sedang giat-giatnya belajar mendalang. Dia belajar mendalang secara otodidak. Rumah tetangga yang ada tempat sedikit teduhnya setiap Minggu disulap jadi tempat pertunjukan. Para tetangga pun sering menonton dan mendapat hiburan saat Reza berlatih mendalang.
Jangan dibayangkan pertunjukan wayang kulit besar dan mewah, lengkap dengan gamelan pengiringnya. Tapi hanya 63 wayang kulit bikinan Reza dari kardus bekas dan dilaminating dengan plastik agar tidak gampang rusak. Pengiringnya Mas Yadi (39) membawa gitar lusuhnya dan pengeras suara sederhana bikinan sendiri. Mikrofon yang dipakai pun hanya ala kadarnya kebal yang dililitkan di kepala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditemui detikcom di rumahnya Kamis (06/08/2020) siang, Reza menuturkan semua pertunjukan yang digelarnya adalah hasil otodidak.
"Ya, belajarnya dari radio di HP yang diputar saat ada siaran wayang kulit dari stasiun radio", jelasnya.
"Dan buku-buku sebagai rujukan karakter wayang yang saya kenal saat itu, seperti tokoh Gatutkaca, satria pringgodani. Yang mempunyai caping basnendar dan bisa terbang tanpa sayap, itu idola saya," tambahnya.
Sejak umur 7 tahun Reza belajar secara otodidak bagaimana mendalang dan memainkan tokoh tokoh wayangnya. Bahkan tak kalah hebatnya, dia mampu membuat tokoh wayang itu sendiri dengan imajinasinya.
![]() |
"Idenya itu seperti saya membuat karakter wayang orang, pertama itu membuat karakter orang dulu, kemudian membuat wayang dari imajinasi wayang Mahabarata maupun Ramayana", tambahya.
Bersama Yadi, kini Reza sudah beberapa kali pentas dan manggung pertunjukan wayang kulit. Meskipun dengan peralatan sederhana dan wayang dari karton, banyak orang senang dengan cara mendalangnya.
Apalagi ada tokoh Limbuk, yakni pembantu abdi dalem bersama anaknya. Disitu Reza bebas mengungkapkan semua unek-uneknya tentang kehidupan dan juga kondisi masyarakat saat ini, melalui tokoh Limbuk.
Orang tua Reza, Sariyanto (44) yang menemani selama latihan, mengatakan memang sejak kecil sudah suka menonton pertunjukan wayangkulit.
"Pernah dia nonton sendirian semalam suntuk pertunjukan Wayang di Taman Budaya Solo, saya hanya antar dan pulang baru pas subuhnya dijemput", jelasnya.
"Sejak kecil SD dari kelas 1 sampai 6, dia belajar tekun. Saya malah nggak tahu apa-apa, nggak ada darah seni sama sekali", tambah Yanto.
![]() |
Menurut Yanto, Reza pernah hanya dibayar Rp 20 ribu saja untuk sekali pementasan selama berjam-jam.
"Tapi nggak apa-apa anaknya suka-suka saja, saya hanya berharap cita citanya menjadi dalang bisa terwujud, orang tua biasanya hanya mendoakan", tambahnya.
Keinginan baik Reza maupun orang tuanya, anaknya agar dikenal banyak orang dan bisa mengasah kemampuan mendalangnya. Karena selama ini, Reza belum pernah mendapatkan bimbingan sama sekali dari para dalang di Solo. Mengidolakan Ki Anom Suroto, dalang kondang dari Solo ini, Reza berharap bisa bertemu dengannya.
(aay/aay)