Pelukis Lee Man Fong punya sejarah panjang dengan kota Jakarta dan Soekarno. Pada 1961, saat Bung Karno memutuskan untuk mendirikan hotel bintang lima pertama di Ibu Kota, Lee Man Fong diajak untuk membuat lukisan terbesar yang pernah ada.
Lukisan Margasatwa dan Puspita Indonesia seukuran 4 meter x 10,85 meter pun sukses dibuat pada 1962. 58 tahun berikutnya, lukisan yang berada di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta masih gagah berdiri dan kini sukses direstorasi.
Margasatwa dan Puspita Indonesia direstorasi oleh ahli restorasi atau konservator seni rupa asal Italia bernama Michaela Anselmini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama satu tahun, dibantu oleh dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang belajar, Michaela sukses merestorasi mahakarya Lee Man Fong.
"Ini mahakarya besar yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saat awal saya melihatnya, saya berpikir apa yang bisa kami lakukan untuk preservasi karya besar ini," tutur Michaela Anselmini saat webinar masterpiece Margasatwa dan Puspita Indonesia yang dihadiri detikcom.
![]() |
Mahakarya Lee Man Fong terdiri dari tiga panel berukuran besar yang agak mencekung. Lukisannya berada di bagian atas dinding menghadap entrance foyer Bali Room - Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.
Dibuat atas permintaan Bung Karno, Lee Man Fong menggambarkan kekayaan flora dan fauna di Indonesia. Michaela pun mengatakan proses konservasi dimulai sejak Juli 2019.
![]() |
"Di awal restorasi, kami berpikir untuk memulai panel pertama, karena pada dasarnya ada tiga panel besar sekali dan Lee Man Fong membuat tiga perbedaan dalam satu karya seni," tuturnya.
Proses awal konservasi dimulai saat hotel sedang tidak terlalu ramai tahun lalu. Tapi pihak hotel memutuskan untuk membuat struktur khusus agar tim Michaela bisa leluasa merestorasi.
"Saya juga harus menaiki scaffolding untuk ke lokasi restorasi ini. Mereka (pihak hotel) sengaja membuat struktur khusus dari sini ke sini, untuk restorasi lukisan Lee Man Fong," sambung Michaela Anselmini.
Dia menceritakan sejak Hotel Indonesia diresmikan pada 5 Agustus 1962, visi hotel adalah merancang konsep modern yang mencerminkan keindahan pesona kepulauan dan keragaman Indonesia.
(lanjut halaman kedua)
Sejak hotel dibangun, Bung Karno membangun studio khusus demi Lee Man Fong. Seniman kelahiran Tiongkok yang cinta Indonesia itu dibantu oleh 4 orang asisten yakni Lim Wa Sim, Tjio Soen Djie, Siauw Swie Ching, dan Lee Rern untuk segi operasionalnya.
Tapi Michaela menegaskan lukisan diciptakan hanya oleh satu orang. "Saya menjamin lukisan ini dilukis oleh satu seniman saja, yaitu Lee Man Fong," katanya.
![]() |
Proses Retouch Lukisan Lee Man Fong 3 Bulan
Michaela Anselmini mengatakan proses restorasi dilakukan bukan menambahi atau memperbaiki bagian yang rusak.
"Kami dilarang melakukan hal itu, di Indonesia belum ada aturan mengenai restorasi atau konservasi karya seni, maka saya menggunakan aturan Italia dan dilarang menambahi warna, kami hanya boleh memulihkannya apa yang sudah ada," ujar Michaela.
"Saya memulai dengan konsolidasi warna, pembersihan, dan pengisian warna yang hilang, dan sentuhan akhir," sambungnya.
![]() |
Selama proses restorasi setahun, Michaela butuh waktu tiga bulan untuk 'retouch' lukisan.
"Saya datang setiap hari untuk retouch-ing. Saya gunakan material cat yang diimpor dari luar negeri, karena sepertinya tak ditemukan di sini," pungkasnya.
Lukisan Margasatwa dan Puspita Indonesia pernah disebut Bung Karno dalam salah satu buku Koleksi Istana Kepresidenan. Sosok Lee Man Fong juga merupakan pelukis Istana dan seniman profesional di jagat seni rupa.
(tia/doc)