Akhir Februari, Lala Bohang menyambangi dua kota di Jerman untuk melakukan residensi. Perupa kelahiran Makassar itu hadir saat Live IG Goethe Institut Indonesia dan berbicara mengenai hasil residensinya tersebut.
Lala mengumpulkan data untuk riset konstruksi sosial perempuan di Jerman dan Indonesia tentang dongeng. Ia mempelajari bagaimana narasi dongeng terjadi di dua negara tersebut.
Ketika berada di Jerman, Lala menyambangi berbagai tempat di Berlin dan Kassel. Menurutnya, dunia dongeng yang ada di Jerman dan Indonesia punya kemiripan.
"Menurutku dunia dongeng ada kemiripan, sangat hidup dan banyak. Mereka (Jerman) sampai punya dua event tahunan khusus dongeng, ada pertunjukan teater, dan taman untuk karakter-karakter dongeng. Buat saya, super tertarik," terang Lala saat Live IG dengan Goethe Institut Indonesia seperti dilihat detikcom.
Di Berlin, Lala menyambangi lokasi-lokasi untuk kebutuhan risetnya. Di Kassel ada Museum Grimm Bersaudara yang ternama.
![]() |
Lokasi yang menjadi salah satu lokasi riset menjadi tujuan utama dari residensi Lala. Sejak awal membuat proposal, Lala mengatakan merenacanakan ingin meneliti soal Grimm Bersaudara.
"Grimm Bersaudara ini mengumpulkan dongeng-dongeng dari cerita oral yang disebarkan oleh para perempuan di tahun 1800-an. Kenapa mereka mengumpulkan? Ternyata perempuan di masa itu, salah cara untuk menghibur diri adalah mereka berkumpul dan saling membacakan dongeng," terang Lala.
Sebagian besar perempuan yang berkumpul, lanjut Lala, belum menikah. "Lumrah banget ya namanya perempuan mau menikah, itu mempengaruhi narasi yang diceritakan secara oral," lanjut perupa yang menggemari cerita dongeng Hansel dan Gretel tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lalu bagaimana dengan penelitian dongeng di Indonesia?
"Di Indonesia untuk hasil pengarsipan tidak ada yang spesifik, tapi ceritanya lebih kaya. Kebanyakan kayak asal mula nama kota, nama tempat, atau sesuatu hal. Dongeng-nya lebih mirip dengan cerita rakyat," tukasnya.
Hasil residensi Lala Bohang masih digarapnya sampai sekarang. Dikenal sebagai penulis seri The Book of Forbidden Feelings, Lala menggelar pameran seni tunggal pertamanya di Yogyakarta pada 2013.
(tia/doc)