Gemerlap panggung pertunjukan tak seterang sebelum saat pandemi COVID-19 menyerang. Para pekerja seni terpaksa menepi.
Penari harus berhenti, seniman teater tidak lagi menampilkan lakon. Dalang pun berhenti menceritakan kisah-kisah dalam Mahabarata maupun Ramayana.
Ki Seno Nugroho menjadi salah satu pelaku seni tradisi yang merasakan dampak nyata COVID-19. Sudah tiga bulan sejak virus menyerang semua jadwal pagelaran wayang dibatalkan. Padahal, sebelumnya dalang kondang dari Yogya ini terkenal dengan jadwal pagelaran yang padat. Kini, kelir, wayang kulit, dan seperangkat gamelan kemudian dibungkus rapi.
"Tiga bulan ini ya menganggur, tidak ada pertunjukkan dan pemasukan, semua jadwal pagelaran wayang cancel," kata Seno saat dihubungi wartawan, Kamis (28/5/2020).
Seiring berjalannya waktu, muncul harapan baru bagi pekerja seni. New normal atau kenormalan baru menjadi secercah harapan untuk bisa kembali menaikkan kelir dan menghidupkan lampu blencong. Seno kini tengah mencari format baru untuk pertunjukan seni tradisi.
"Kami belum tahu (formatnya seperti apa). Tapi saya punya pikiran bahwa semua kesenian tradisi itu bisa dipentaskan asal ada aturan-aturan tertentu dari pemerintah," bebernya.
Tak adanya pagelaran wayang artinya tidak ada pemasukan. Seno lantas mencoba melakukan pagelaran dengan format wayang climen atau wayang ringkes yang maksimal hanya ada 10 orang termasuk wiyogo dan sinden di dalamnya.
Kemudian pagelaran dipentaskan melalui live streaming. Inisiatif itu sudah dilakukan sejak sebelum puasa. Total ada empat episode wayang climen yang sudah dipentaskan.
"Wayang climen yang pertama itu sudah empat episode dan dulu kami membuka donasi yang nanti disalurkan ke pekerja seni pertunjukan yang terdampak Corona. Total Rp 270 juta sudah kami salurkan," ungkapnya.
Simak Video "Syarifa, Dalang Perempuan Wayang Potehi"
[Gambas:Video 20detik]