Songsong New Normal, Didik Nini Thowok Cari Format Baru

Songsong New Normal, Didik Nini Thowok Cari Format Baru

Pradito Rida Pertana - detikHot
Kamis, 28 Mei 2020 13:13 WIB
Didik Nini Thowok
Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya
Yogyakarta -

Rencana pemberlakuan new normal oleh pemerintah berdampak terhadap pelaku seni pertunjukan. Saat ini pelaku seni pertunjukan di Yogyakarta mengaku masih mencari format baru untuk pentas di atas panggung.

Seperti halnya Didik Nini Thowok, salah satu penari kondang asal Yogyakarta ini mengaku belum memiliki gambaran bagaimana format seni pertunjukan saat berlakunya new normal. Mengingat untuk menggelar seni pertunjukan harus melibatkan banyak orang.

"Kalau itu (protokol khusus untuk pertunjukan seni) belum terpikirkan mas, karena kebetulan baru kemarin saya baca (berita rencana new normal). Terus saya mikir juga kalau untuk seni gimana ya, karena kalau pertunjukan seni itu kan mesti melibatkan banyak orang," katanya kepada detikcom, Kamis (28/5/2020).



"Karena misal diberlakukan (protokol) untuk seni pertunjukan bentuknya gimana saya juga belum tahu mas, karena belum pernah kan, bisa nggak, gitu," lanjut Didik.

Kendati demikian, pria berusia 66 tahun ini mengaku akan mencari format baru dalam seni pertunjukan. Terlebih, seni pertunjukan sejatinya bisa digelar secara minimalis.

"Karena itu formatnya seperti apa masih dicari. Ya mungkin bisa dibuat minimalis ya, tapi tergantung bentuk pertunjukannya seperti apa. Karena kalau misal pertunjukan yang lengkap kan harus ada stage manager, ada ngurusi lighting, sound, konsumsi dan kostum," ucapnya.

Terlebih, Didik menyebut untuk membentuk suatu format yang baru memerlukan proses. Sedangkan di tengah pandemi ini dia belum bisa memastikan berapa lama proses itu dibutuhkan dan mungkinkah nantinya terlaksana dengan baik.



Selain itu, jika menerapkan protokol COVID-19 tentu akan berdampak pada jumlah penonton. Padahal, pemasukan para seni pertunjukan berasal dari banyaknya penonton yang datang menyaksikannya.

"Apalagi kalau pertunjukan itu ditonton orang, namanya penonton kadang-kadang kalau di gedung mungkin bisa dibatasi. Tapi kalau dibatasi, seandainya penonton itu berbayar otomatis kita tidak bisa mendapatkan hasil maksimal, kecuali kalau biaya produksinya disupport sama pemerintah, jadi kita gratis gitu ya," katanya.

"Nah, gratis pun kalau namanya suatu pertunjukan itu kalau semakin banyak yang nonton pemainnya kan semakin senang secara psikologis. Tapi kalau hanya ditonton 10 orang kan rasanya beda, nah itu yang membuat kita belum ngerti untuk seni pertunjukan (saat new normal) seperti apa," imbuh Didik.



Dia juga mengaku rencana new normal di DIY pada bulan Juli mendatang belum berdampak banyak terhadap pelaku seni pertunjukan. Hngga saat ini, dia mengaku belum ada tawaran untuk menggelar seni pertunjukan. Apalagi semua karyawan di sanggarnya masih dirumahkan.

"Belum (ada rencana tampil bulan Juli), kita masih agak takut-takut juga thoh mas. Lagi pula juga teman-teman yang saya ajak apakah mau, dan karyawan juga saya liburkan karena tidak bisa membayar," ucapnya.

Menyoal prediksinya terhadap seni pertunjukan saat berlakunya new normal, dia mengaku juga belum memiliki gambaran. Pasalnya, dia sendiri belum mencoba tampil selama berlangsungnya pandemi ini.

"Belum bisa memprediksi, karena kan kita belum mencoba dan belum terjadi, saya belum punya gambaran. Saya ada undangan ke Hongkong, ke Singapura saja akhirnya tidak berani berangkat, karena saya konsultasi ke dokter kalau usia 60 itu rentan (tertular COVID-19) jadi dianjurkan jangan dulu," kata Didik.


Hide Ads