Happy Salma menuturkan monolog Inggit Garnasih tadinya sudah cukup dipentaskan. Tapi Happy berubah pikiran ketika karyanya punya dampak yang besar kepada masyarakat.
"Kenapa terus menerus dipentaskan, aku merespons banyaknya orang yang melihat ke pertunjukan tersebut. Monolog 'Inggit Garnasih' diadaptasi dari buku Ramadhan KH 'Kuantar ke Gerbang', bukan soal sosok Inggit-nya tapi masih relevan dengan zaman sekarang," tutur Happy menjelaskan via Live IG, seperti dilihat detikcom.
Sekitar 6 tahun yang lalu, Happy dan Titimangsa Foundation merasa pertunjukannya sudah selesai digelar. Tapi berbagai pertanyaan itu terus ada.
"Ada satu kelompok membuat sekolah non-formal Inggit, melihat responsnya mungkin ini yang kita kejar selama ini. Pertunjukan yang memberikan dampak yang luar biasa, efek setelah itu. Ada olah naskah Inggit juga di sekolah-sekolah. Oke, kalau begitu saya pentaskan lagi," sambungnya.
Produksi ke-34 Titimangsa Foundation ini mengangkat kisah tentang istri kedua dari Bung Karno yang berumah tangga selama 20 tahun. Kisah cinta dan kesetiaan Inggit Garnasih mengantarkan Bung Karno di masa perjuangan, menamatkan sekolah di ITB, membangun perjuangan dari akar rumput sampai menjadi pemimpin negeri.
Tak hanya menemani, Inggitlah yang terus memompa, merawat, dan menjaga semangat singa podium, Bung Karno. Inggit, yang 13 tahun lebih tua dari Bung Karno, tak lelah bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
(tia/doc)