Pameran Tunggal Ugo Untoro: Lukisan Antimainstream hingga Jejak Buddhisme

Review

Pameran Tunggal Ugo Untoro: Lukisan Antimainstream hingga Jejak Buddhisme

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 03 Jan 2020 16:22 WIB
Foto: Tia Agnes/ detikhot
Jakarta - Karya-karya pilihan perupa Ugo Untoro hadir tak biasa di Galeri Nasional Indonesia. Lebih dari 70 karya seniman yang berdomisili di Yogyakarya itu memuat perjalanan kekaryaan Ugo di pameran tunggal 'Rindu Lukisan Merasuk di Badan' yang digelar hingga 12 Januari 2020.

Di tengas arus informasi yang cepat, Ugo Untoro seakan 'melambatkan' perjalanannya. Ia memilih untuk memahami apa yang dikejar dan apa yang ingin ditemukan.

"Saya menemukan kembali sebuah rasa yang tidak bisa tertandingi oleh apapun. Tangan saya tergerak untuk terus melukis dan mewarnai, itulah yang menjadi awal dari gagasan pameran ini," tutur Ugo saat ditemui di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Ketika melukis, Ugo tak sekadar melakukan aktivitas menggambar. Ia melukis tanpa pesan, makna, isi, maupun tujuan yang ingin dibagikan bagi para pengunjung.

Pameran Tunggal Ugo Untoro di Galeri Nasional IndonesiaPameran Tunggal Ugo Untoro di Galeri Nasional Indonesia Foto: Tia Agnes/ detikhot


"Saya ingin merasakan kembali gimana tangan ini bekerja menyentuh media lukis. Komunikasi saya di depan saya, saya mau cuma menyampaikan itu. Saya hanya melukis, menyusuri garis, dan menyusun warna," lanjut Ugo.

Dari 70 karya yang dipamerkan, ia membaginya kepada beberapa seri. Di antaranya seri 'Sleeping Buddha', seri 'Hujan', versi terbaru dari lukisan bergaya romantik hingga skesta-sketsa yang dipajangnya.

Sebagian besar lukisan yang dibuat pun antimainstream. Ugo seakan melepaskan dirinya dan melampaui dari teknik maupun medium dari seni lukis. Lukisannya menjadi tak biasa dan terkesan seperti karya seni instalasi.


Pameran Tunggal Ugo Untoro di Galeri Nasional IndonesiaPameran Tunggal Ugo Untoro di Galeri Nasional Indonesia Foto: Tia Agnes/ detikhot


Menurut Ugo, segala sesuatunya tidak harus mengikuti arus. "Tidak harus seragam, ada pilihan yang kita berhak untuk memilih dan menekuninya. Saya memilih lukisan sebagai bahasa saya," kata Ugo.

Di bagian awal ruang pamer, ada lukisan-lukisan seri Buddhisme. Figur Buddha dilukis ulang sesuai interpretasi Ugo. Lukisannya pun kerap meminjam gagasan 'romantisme'.
"Saya harus mencari atau menandai peristiwa itu dengan dimulai dari kata atau cara pikir romantisme. Saya mencoba semampu saya untuk mengerti, memahami, apa itu arti romantisme," pungkasnya.

Dikuratori oleh Hendro Wiyanto, karya-karya Ugo Untoro bisa dilihat sampai 12 Januari 2020 di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia.




(tia/dal)

Hide Ads