Kondisi tersebut disampaikan para fotografer melalui hasil bidikan kameranya. Foto-foto disajikan dalam pameran fotografi bertajuk 'Air Mata Air Bengawan' yang digelar di Balai Soedjatmoko, hingga 19 September 2019 mendatang.
Sejumlah foto menunjukkan histori, seperti evakuasi pesawat yang mendarat darurat di Bengawan Solo. Atau juga foto yang menunjukkan kondisi pencemaran Bengawan Solo saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kepala Balai Soedjatmoko, Muhammad Safroni, mengatakan pameran foto mengangkat tema 'Air Mata Air Bengawan' karena keprihatinan atas perubahan kondisi Bengawan Solo.
"Dahulu seperti yang kita tahu, Bengawan Solo menjadi sumber penghidupan masyarakat, menjadi tempat bermain. Tapi sekarang pencemaran di mana-mana," kata pria yang akrab disapa Roni itu, Selasa (17/9/2019).
Kritikan kepada Pemerintah
Foto: Bayu Ardi Isnanto/ detikcom
|
"Banyak pencemaran tapi belum ada langkah jitu. Pemerintah memang sudah melakukan langkah-langkah tapi belum ada perubahan optimal, perlu kerja sama kolektif dengan berbagai pihak," ujar dia.
Sementara itu, salah satu kurator, Risman Marah, mengatakan foto mayoritas diambil dalam waktu sebulan terakhir. Sebanyak 34 fotografer menyebar dari hulu hingga hilir Bengawan Solo, dari Wonogiri sampai Gresik. Bahkan ada yang sampai ke Bengawan Solo purba di Gunung Kidul.
Sejumlah fotografer yang turut serta memamerkan karyanya, seperti Darwis Triadi, Arbain Rambey, Dwi Oblo, Pang Hway Sheng dan Yuyung Abdi. Para fotografer terdiri dari berbagai latar belakang, seperti jurnalis, seniman ataupun akademisi.
"Memang tujuan kita salah satunya mengkritik kondisi pencemaran. Tapi sayangnya bagaimanapun kritiknya itu terlihat indah, artistik, jadi tidak menyakitkan," ujarnya.
Dia berencana membuat pameran serupa lima tahun depan. Melalui pameran tersebut, dia ingin melihat perbedaan kondisi Bengawan Solo.
"Nanti bisa kita lihat lima tahun lagi melalui pameran yang sama. Apakah berubah lebih baik atau lebih buruk," tutupnya.
Halaman 2 dari 2