Cerita tentang 'Main Getah' bermula dari kenangan sang seniman saat masih kecil bersama ayahnya yang seorang penyadap karet. Ayahnya juga memiliki perkebunan karet sehingga Shooshie kerap diajak bermain ke kebun tersebut.
"Getah ada dalam identitas saya, karena berhubungan dengan kenangan bapak saya yang penyadap getah. Dari bau tangannya, cara dia menoleh, dan segala macamnya begitu menyentuh untuk saya," ujarnya ditemui di Museum MACAN, kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Shooshie, ayahnya tidak memberikan ilmu buku saja. Tapi ilmu nusantara bagi anak-anaknya.
![]() |
"Itulah yang membuat saya menjadi seniman. Saya membuat modul yang memberi ruang pada audience untuk proyek sekarang, sebagai seniman at least saya harus melakukan sesuatu untuk lingkungan, manusia, dan ekosistem di sekitar," kata Shooshie.
Video: Berkarya dengan Getah Karet, Shooshie Terinpirasi Almarhum Ayah
'Main Getah/ Rubberscape' mengajak pengunjung untuk bermain dan menggunakan panca indera. Bagi dia, konsep bermain tidak boleh terlalu didorong tapi tidak boleh terlalu diarahkan dengan keras.
![]() |
"Jadi anak masuk dengan ibunya karena orang tuanya juga baru dengan lingkungan ini, Apa ini? Jadi Anda belajar bersama sebagai sebuah keluarga, tidak hanya anaknya saja. Sebenarnya anak akan mengajak ibunya untuk bermain, melihat balon, memanjat. (Namun) selalu orang tuanya yang lebih berhati-hati, jadi ini merupakan sebuah win-win situation. Ini merupakan sebuah proses pembelajaran untuk seluruh anggota keluarga," katanya.
Dia pun melanjutkan, "Saya sangat berharap orang tua memberikan kebebasan untuk anak-anaknya."
(tia/nu2)