Pameran FX Harsono 'Reminiscence' Dibuka di Singapura

Pameran FX Harsono 'Reminiscence' Dibuka di Singapura

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 31 Agu 2018 14:40 WIB
Pameran FX Harsono 'Reminiscence' Dibuka di Singapura Foto: Sullivan+Strumpf
Jakarta - Seniman FX Harsono mempersembahkan pameran tunggalnya yang berjudul 'Reminiscence'. Proyek besar sang seniman yang berlangsung di Sullivan+Strumpf Singapura sudah dibuka 25 Agustus hingga 23 September 2018.

Project FX Harsono menyelidiki persoalan genosida dan kuburan massal etnis Tionghoa di sebagian Pulau Jawa dari tahun 1947-1949. Ada dua karya seni instalasi yang mengungkapkan kebenaran dari sejarah yang terlupakan ini.

Dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, project ini bermula dari foto dokumenter yang dijepret oleh ayahnya di tahun 1950-an. Peraih Joseph Balestier Award untuk Kebebasan Seni pada 2015 itu mengunjungi korban-korban yang selamat dan kuburan massal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Setiap tanggal 5 April, para korban memperingati peristiwa tersebut dalam peringatan yang disebut Ching Ming. Sejak 2009, ia pun aktif meneliti kasus tersebut dan menyuarakan suara yang tak bisa berbicara.


"Saya tidak marah. Memang benar saya tidak marah tapi saya ingin kamu tahu apa yang terjadi. Tidak ada yang boleh lupa, sehingga tindakan ini tidak pernah terulang lagi," ucap FX Harsono menirukan perkataan salah seorang korban yang selamat.

Di awal abad ke-20, peristiwa kekerasaan dan penindasan terhadap etnis Tionghoa di negara itu terjadi sebelum kelahiran nasionalisme. Kekerasaan rasial menandai transisi Indonesia dari koloni Belanda ke wilayah pendudukan Jepang.



Serta Revolusi Indonesia berikutnya yang dianggap sebagai era paling kejam dalam sejarah Indonesia. "Saya tidak pernah ada niat untuk menyalahkan orang lain tapi ini adalah seruan kepada semua orang untuk menerima kebenaran sejarah, untuk bangsa yang lebih kuat," ujar FX Harsono.

FX Harsono dikenal sebagai seniman pendiri Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia di tahun 1975 dengan sekelompok seniman muda yang percaya terlibat dengan isu sosial dan politik. Namanya telah melanglang buana di kancah internasional.

Di antaranya adalah Sunshower: Contemporary Art from Southeast Asia 1980s to Now, Mori Art Museum, Tokyo (2017); After Darkness: Southeast Asian Art in the Wake of History, Asia Society Museum, New York (2017); Rosa's Wound, Museum of Contemporary Art Taipei, Taiwan (2017); and Tell Me My Truth, 4A Centre for Contemporary Asian Art, Sydney (2016).


(tia/nu2)

Hide Ads