Saat itu dalam rangka Frankfurt Book Fair 2015, Joko Avianto memajang 1500 batang bambu dari jenis awitali dan betung di depan fasad Frankfurter Kunstverein, Jerman. Instalasi 'The Big Trees' itu menarik perhatian pengunjung yang lalu lalang saat itu.
Ketika diwawancarai di Galeri Nasional Indonesia saat itu, Joko Avianto menceritakan saat proses pengerjaan setiap orang yang lewat selalu mampir dan bertanya mengenai karyanya. Bahkan mereka kerap menanyakan jenis bambu yang digunakan. Media lokal setempat pun mewawancarai Joko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ada sekelompok orang yang punya koleksi tanaman bambu nanya-nanya ke saya. Majalah arsitektural dan botani juga menanyakan bahan awitali dan betung dan proses dari Studio di Cimahi sampai ke Frankfurt," ungkap Joko Avianto.
Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu kurator pameran 'ROOTS, Indonesian Contemporary Art' di tahun 2015, Rizki A Zaelani.
"Karya di Frankfurt dipuja secara internasional. Di Yokohama Triennale, di Esplanade Bay Singapura juga dibicarakan. Kenapa karya di Jakarta belum mendorong pujian," ujar Rizki A Zaelani turut mempertanyakan ketika dihubungi detikHOT, Kamis (16/8/2018).
![]() |
Ia menuturkan saat di Frankfurt, karya Joko dibungkus dengan fasad bangunan tua bersejarah. Secara estetika pun dikagumi siapa pun dan telah lolos proses kuratorial dari berbagai pihak. Di Yokohama dan Singapura, lanjut pria yang akrab disapa Kiki, terlindungi dari paparan sinar matahari.
"Baik di Frankfurt, Yokohama, dan Singapura ditempatkan di tempat yang terlindungi. Kontras sekali dengan di Jakarta. Tapi ya orang-orang bisa berpendapat berbeda-beda. Di level pengetahuan publik bisa berbeda secara apresiasi juga," tukas dia.
Simak artikel berikutnya.
(tia/tia)