Ia memulai aksinya dengan menekan huruf-huruf yang ada di mesin tik diiringi musik dari keyboard. Awalnya drummer White Shoes & The Couples Company mengetik di mesin yang warna hijau.
Dalam hitungan detik lainnya, ia berpindah ke mesin tik lainnya begitu seterusnya hingga drum coba dimainkannya dengan enerjik. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit, Onkel John menyudahi aksinya malam itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan pengunjung sudah memadati ruang galeri dan kafe yang berada di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Dia.Lo.Gue Kemang pun memang menjadi lokasi pilihan bagi Titimangsa Foundation yang akhirnya mengajak Engel dan Hermawan Tanzil untuk berkolaborasi.
Onkel John mengatakan proses penggarapan musiknya berdasarkan cerita dari Engel Tanzil.
"Saya menirukan apa yang biasa dikerjakan Pram saat menulis. Ia bisa berpindah mesin tik ketika mengerjakan sebuah karya. Ya sudah saya coba tampilkan," ujarnya saat syukuran 'Namaku Pram' di Dia.Lo.Gue Kemang, Kamis (20/4/2018).
Irama-irama yang ditampilkannya pun tak sembarangan. "Ini saya ambil dari Pancasila. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, dan seterusnya. Iramanya seperti itu," kata Onkel John.
Pameran 'Namaku Pram: Catatan & Arsip' yang menampilkan sisi lain dari sosok sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer. Selain itu, pameran ini juga menampilkan barang-barang keseharian Pram dan kegiatannya yang suka sekali mencatat dan mengarsipkan segala sesuatu.
Selama tujuh dekade masa hidupnya dipakai untuk menulis lebih dari 50 buku, dan cerita-ceritanya ini diterjemahkan ke dalam 42 bahasa dunia termasuk di antaranya Bahasa Spanyol pedalaman dan Bahasa Urdu.