Potret Rembrandt hingga S.Sudjojono di Prangko Dipajang di Yogyakarta

Potret Rembrandt hingga S.Sudjojono di Prangko Dipajang di Yogyakarta

Tia Agnes - detikHot
Senin, 16 Apr 2018 18:33 WIB
Potret Rembrandt hingga S.Sudjojono di Prangko Dipajang di Yogyakarta Foto: Istimewa
Jakarta - Apa jadinya kalau potret pelukis-pelukis dunia dijadikan obyek visual di prangko? Lewat pameran seni berjudul 'Miniature of Nations' yang dibuka 14 April lalu, koleksi prangko Dicti Art Laboratory dipamerkan hingga 6 Mei 2018.

Pameran ini menyajikan materi khusus berupa prangko dengan tema seni rupa dari 31 negara. Di antaranya berasal dari Belanda, Rwanda, Jerman, Amerika, Uni Emirat Arab, Tiongkok, Singapura, Rumania, Yaman, Mozambique, Hungaria, sejumlah koloni Prancis, dan lain-lain.

"Seni rupa yang dimaksud dalam sajian prangko ini misalnya potret para perupa dan karya seni rupa yang dipakai sebagai objek visual pada prangko," tutur Mikke Susanto dari Dicti Art Laboratory dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Senin (16/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Potret pelukis yang dipamerkan mulai dari Rembrandt, Rubens, sampai pelukis Indonesia terkenal, S. Sudjojono. Lebih dari 150-an lembar prangko tersajikan di eksibisi kali ini.

Sedangkan foto karya seni yang dijadikan obyek visual prangko adalah lukisan, gerabah, keramik, dan kartun. Menurut Mike, di dunia filateli prangko bertemakan seni rupa menjadi hal yang lumrah. Misalnya saja lukisan era Renaissance yang berkembang pada 1300-1600 SM.

Seperti lukisan 'Monalisa' karya Leonardo da Vinci, Raphael, Fragonard, dan Diego Velazquez). Ada lukisan beraliran realisme (Gustave Courbet), surealisme (Dali), kubisme (Picasso), hingga kartun disney (yang bersifat kontemporer).



Selain itu, ada seni rupa tradisi klasik seperti dari Jepang dan Tiongkok juga tersaji. Dari Indonesia, ada lukisan Raden Saleh, Basoeki Abdullah, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, dan lain-lain.

"Materi pameran adalah prangko orisinal yang terdiri dari 2 (dua) jenis lembaran. Pertama, lembaran kecil seperti perangko pada umumnya yang telah dipakai pada amplop. Kedua, lembaran utuh yang belum terpakai dan dari berbagai ukuran, mulai separuh A5 hingga A5. Materi lainnya adalah prangko yang di-reproduksi untuk membantu penonton melihat detil di dalamnya. Prangko yang disajikan kali ini diterbitkan kisaran dekade 1950an hingga 2000an," pungkas Mikke.

Saksikan video 20Detik untuk melihat cita rasa restoran Van Gogh Sense di sini:

[Gambas:Video 20detik] (tia/tia)

Hide Ads