Eksibisi 'The Primacy of Seeing' yang dikuratori oleh Anton Larenz menceritakan hubungan antara orang yang mengawasi (pemerhati) dan seniman yang dibangun oleh mata. Obyek-obyek tersebut diterjemahkan oleh seniman lalu jadi karya seni atau disebut metafora visual.
Seniman Wedhar Riyadi dan Gilang Fradika yang memiliki sejarah sebagai street artist turun berpameran. Wedhar menggunakan referensi budaya pop untuk menciptakan dunia sureal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukisannya kerap berkolaborasi dengan alam, misalnya penggunaan arang untuk menggambar, dan lain-lain. Seniman keempat ada S.DwiStya atau Acong yang mempertanyakan kondisi dan masa depan dunia.
"Di matanya seluruh dunia tampak seperti tontonan besar. Tetapi bahaya itu nyata, seperti ledakan nuklir, yang sudah terjadi dua kali dalam sejarah manusia, selalu diingat sehubungan dengan nama-nama kota Hiroshima dan Nagasaki yang dihancurkan," tutur kurator pameran Anton Larenz dalam keterangan pers yang diterima detikHOT.
Pameran berlangsung mulai 13 April sampai 13 Mei 2018 di Semarang Gallery, Jalan Taman Srigunting No 5-6, Semarang.