"Saya menyukai karya sastra Indonesia dan sebetulnya karya sastra milik semua orang dan saya merasakan arti pembentukan karakter juga," ujar pendiri Titimangsa Foundation Happy Salma saat ditemui detikHOT di Gedung Teater Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Teater pun menjadi cara ampuh untuk mempopulerkan virus karya sastra. Generasi milenial yang kerap menggunakan gadget banyak yang tak bersentuhan dengan karya sastra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sastra itu bukan sesuatu yang angker dan berat. Jadi, sebenarnya sejak saya mendirikan TItimangsa Foundation, ingin membuat hal yang berat jadi populer," ujarnya.
Sebelumnya, Titimangsa Foundation pernah mengadaptasi karya Pramoedya Ananta Toer dalam pertunjukan berjudul 'Bunga Penutup Abad'. Pentas 'Perempuan Perempuan Chairil' pun bakal digelar satu minggu lagi. Ke depannya, Happy sendiri ingin mengadaptasi karya dari penulis kenamaan Indonesia lainnya.
"Dari NH Dini, Sutan Takdir Alisjahbana, Marah Roesli, dan penulis-penulis muda yang lagi hits seperti Dee Lestari dan Djenar Maesa Ayu juga pengen diadaptasi. Tapi masih banyak lagi, artinya kenapa? Banyak yang tidak populer dan ingin dibikin lebih nyaring. Baik yang muda atau tua buat saya bergairah untuk bikin produksi terus," pungkas Happy.