Dalam katalog pameran 'Fertil, Barakat, Ayom', seperti dikutip detikHOT, dituliskan penggendong bayi tertua tercatat dalam sejarah bisa ditelusuri hingga zaman Pharaohs di Mesir. Menurut data yang terlukis di dinding, perempuan menggunakan linen untuk mengikat dan membungkus bayinya di dada atau di punggung.
Lukisan dinding karya Gioto (Bondone, 1267-1337) ditemukan di Gereja Arena Chapel di kota Padua, Italia. Lukisannya menggambarkan cerita Bunda Maria yang duduk di atas keledai dan menggendong bayi Yesus di dadanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menelisik Budaya Gendongan Bayi |
Lalu, kapan asal muasal budaya gendongan bayi di Indonesia?
Dalam katalog juga disebutkan di Kalimantan gendongan bayi digunakan oleh Suku Dayak Kenyah di kawasan tengah Kalimantan. Gendongan bayi tak hanya sebagai alat penggendong tapi juga karya seni yang memiliki arti religius. Gendongan bayi bangsawan memiliki hiasan berbentuk kepala manusia, juga taring harimau, macan tutul sampai koin Belanda.
Sedangkan penduduk Bali sendiri menggunakan kain panjang untuk menggendong bayi mereka di depan atau di samping. Bahan penggendong bayi biasanya ringan, tipis, dan tidak pengap karena digunakan di daerah tropis.
![]() |
"Koleksi gendongan bayi adalah koleksi universal. Suku bangsa Indonesia memiliki hal serupa. Gendongan bayi juga menjadi kajian antropologi," ujar Kepala Bidang Kemitraan dan Promosi Museum Nasional Dedah Sri Handari di Museum Nasional.
Dia menyebutkan antara Indonesia dan Taiwan hampir mirip. "Hanya model atau cara untuk menggendongnya ada kesamaan. Kalau mereka kan, nggak ada yang kayak gini. Kalau yang di Kalimantan kan buat yang sudah mulai duduk. Ada juga yang kain panjang. Di Taiwan atau negara lain juga sama," katanya lagi.
Di Kalimantan sendiri gendongan bayinya memiliki simbol-simbol tertentu dari sisi desain. Seperti apa? Simak artikel berikunya!
(tia/doc)