"Arti lukisan itu, Bapak berharap para pemimpin di negeri ini dalam budaya ada persatuan. Bapak saya punya idealisme yaitu nasionalisme yang perlu dibangun berlandaskan karakter building pada budaya untuk membangun kebersamaan," kata putra dari Gunarsa, Gde Artison Andarawata kepada detikHOT di rumah duka, Jl Raya Banda, Banjarengkan, Klungkung, Bali, Minggu (10/9/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapak saya ingin semua pemimpin di negara ini membangunlah. Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, itu semua luar biasa dan harus tetap ada. Budaya Indonesia kan luar biasa dan itu sebagai karakter bangsa, Bapak saya inginnya seperti itu," ujar Artison.
Baca juga: I Nyoman Gunarsa Meninggal karena Pneumonia |
Pria berusia 42 tahun itu menyatakan lukisan tersebut tak akan dijual dan dipajang di Museum Nyoman Gunarsa di Klungkung. Nilai dari lukisan itu sangatlah penting, tidak hanya bagi kesenian Indonesia tapi juga keluarga.
"Lukisan terakhir akan kita taruh di museum. Ini kenangan keluarga dan Bapak pesan anak cucunya punya tuntunan menjadi seniman di Indonesia. Ini lukisan jatidiri museum Bapak, kita ingin mengabadikan karena mau tidak mau lukisan itu sama dengan hidup kami semua, dimana karakter jiwa kami terbentuknya dari situ," ucap Artison.
Artison menjelaskan ucapan belasungkawa dari Presiden Joko Widodo sendiri sudah diterima keluarga dalam bentuk karangan bunga. Selain itu, Sekretariat Kepresidenan juga disebut telah menghubungi keluarga.
"Dalam bentuk karangan bunga, sudah. Hari ini saya terima ucapan belasungkawa cukup banyak, tapi dari Sekretariat Kepresidenan sudah telepon dan menyampaikan. Kami sangat berterimakasih untuk perhatiannya kepada Bapak saya," ungkap Artison.
Gunarsa meninggal dunia usia 73 tahun di RSUP Sanglah karena pneumonia. Beberapa pekan sebelumnya, Gunarsa masih sempat menyambut Presiden Jokowi di museumnya dan menggelar pameran di Bentara Budaya Jakarta Agustus 2017. (vid/wes)