Karya 'Not Alone' Tintin Wulia menghubungkan antara dua negara, Indonesia dan Italia. Dalam sejarah penyelenggaraan Venice Art Biennale, tak ada karya yang bisa saling terhubung antar dua negara, yang ada karya tersebut kelar dipamerkan lalu dibawa pulang ke negara asal. Kemudian dibawa tur keliling. 'Not Alone' justru sebaliknya.
Di seberangnya terdapat '1001 Martian Homes' yang menjadi tajuk Paviliun Indonesia di Venice Art Biennale 2017. Mengenakan kemeja bermotif tie dye, dengan bersemangat Tintin Wulia menceritakan tentang proyek seni '1001 ke Mars' yang ada dalam video tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang dibuang akan tinggal di Mars agar nantinya bisa dihuni oleh manusia. "Pada umumnya yang ada di video ada cerita mereka sendiri. Ada satu orang yang bilang saya ada di 2065 itu rahasia," lanjut Tintin Wulia.
![]() |
"Saya tiba-tiba keceplos kakek saya juga dikirim ke Mars. Trus dia ngomong, 'bentar lagi saya akan dibunuh nih'. Saat itu pertama kali saya merasa tidak sendiri," cerita Tintin Wulia.
Tintin Wulia bukan sembarang seniman, hampir 14 tahun lamanya dia sudah melanglang buana di ranah seni kontemporer. Karya Tintin kerap membicarakan soal 'batas' dan 'identitas' serta terinspirasi dari cerita kakeknya yang hilang di era 1965 silam.
Selain 'Not Alone' dan '1001 Martian Homes', masih ada video art mata-mata yang nampak mengintip dari balik lubang pintu. Berbentuk seperti tangga, Tintin Wulia punya maksud tersendiri.
"Saya ingin pengunjung naik ke tangga sampai ke atas seakan ada sesuatu yang ingin dicapai padahal di atas sana tidak ada apa-apa selain diri mereka sendiri," terangnya.
Karya Tintin Wulia mewakili Paviliun Indonesia masih bisa dilihat hingga 26 November 2017 di Arsanale Venesia dan Senayan City Jakarta.
(tia/dar)