Film Garin yang agak berbeda ini diiringi langsung dengan orkestra gamelan Indonesia karya Rahayu Supanggah yang dimainkan 20 pengrawit atau pemusik gamelan. Film ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Setio dari desa miskin yang jatuh cinta pada putri bangsawan Jawa bernama Asih.
Namun cintanya ditolak, Setio kemudian bersepakat dengan iblis melalui 'pesugihan kandang bubrah.' Dengan bantuan iblis, Setio akhirnya bisa mengawini Asih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Film ini terinspirasi dari wayang kulit, wayang kulit itu sendiri sudah film bisu. Karena cuma layar, ada bayangan, gamelan. Jadi kultur wayang kulit dan film bisu kita punyai," kata sutradara 'Setan Jawa' Garin Nugroho pada pemutaran film 'Setan Jawa' di Auditorium Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Minggu (21/5/2017).
Garin Nugroho mengatakan, 'Setan Jawa' ini membangkitkan mitologi jawa melalui genre horor kontemporer. Film ini tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad 20 ditandai lahirnya era industri yang menyisakan kemiskinan di Jawa.
Suburnya kemiskinan menyebabkan orang menempuh cara mistik untuk meraih kekayaan, termasuk pesugihan kandang bubrah. Pesugihan kandang bubrah merupakan cara mendapat kekayaan dari iblis, yang harus membayar dengan berubah menjadi tiang penyangga rumah pada saat kematianya.
Selain film bisu 'Setan Jawa' di Art Jog 10, program open air cinema juga akan diisi oleh 'Mencari Hilal' garapan Ismail Basbeth pada Selasa (30/5), film 'Tabula Rasa' karya Adriyanto Dewo, dan film pendek lainnya. Direktur Art Jog, Heri Pemad, juga menjanjikan film 'Siti' karya Ifa Isfansyah versi berwarna akan ditayangkan pada hari penutupan gelaran Art Jog 10 pada 19 Juni mendatang.