Lewat galeri seni White Cube, Ay Tjoe memajang 12 lukisan termasuk dua lukisan diptychs berskala besar yang dibuka 12 Juli sampai 11 September. Karyanya kali ini menampilkan persoalan urbanitas, kepadatan penduduk, informasi yang berlebihan, dan unsur kompetisi yang tak pernah berakhir.
Lukisan Ay Tjoe kerap kali dipahami sebagai karya cantik, namun meski secara visual menggoda tapi materinya lebih ke pertanyaan filosofis dan psikologi. Ay Tjoe menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi melalui pengalaman subjektif sang seniman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam karya-karya saya, saya berbicara tentang apa yang terjadi di dalam tren manusia, lokal, maupun global. Saya melihat ada kemungkinan di pikiran saya, ide-ide pribadi, dan lain-lain," katanya dalam keterangannya, Senin (27/6/2016).
Ay Tjoe memulai perjalanannya sebagai seorang seniman grafis. Awalnya, ia bekerja dengan teknik mencetak lalu pindah ke tekstil. Praktiknya pun berubah dari lukisan di atas kanvas, seni patung berskala besar, dan karya seni instalasi seukuran kamar.
Simak: 20 Penari Indonesia Kolaborasi Bareng West Australian Ballet
Lukisannya pernah dipamerkan di National Taiwan Museum of Fine Arts, Taichung and Singapore Art Museum (2012), Fondazione Claudio Buziol, Venice and Saatchi Gallery, London (2011), Shanghai Contemporary (2010), National Gallery, Jakarta (2009), Johnson Museum of Art, Cornell University, Ithica, New York (2005), dan the Beijing International Art Biennale, China National Museum of Fine Art (2003).
(tia/mmu)