Sejak awal pekan ini, ketiga naskah tersebut telah menjelma menjadi buku dengan sampul-sampul yang menarik dan terpajang di rak toko buku. ‘Sergius Mencari Bacchus’ berisi 33 puisi karya Norman Erikson Pasaribu, dan merupakan Pemenang I. Sedangkan ‘Kawitan’ sebagai Pemenang II adalah karya Ni Made Purnama Sari. Puisi-puisi dalam buku ini sebelumnya telah dimuat di berbagai antologi dan ruang sastra di koran.
Adapun naskah berjudul ‘Ibu Mendulang Anak Berlari’ merupakan buah karya Cyntha Hariadi dan merupakan Pemenang III. Ketiga karya tersebut dipilih oleh dewan juri yang terdiri atas pernyair Joko Pinurbo, penyair dan novelis Oka Rusmini serta pernyair dan kritikus sastra Mikael Johani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jadi, hasil sayembara ini sebaiknya dilihat bukan sebagai sebuah “keputusan pengadilan” tentang kebaik-burukan dunia puisi Indonesia, namun sebagai refleksi dari sebagian saja kecenderungan puisi kontemporer Indonesia,” sambung Mikael mewakili dua rekannya.
Dengan catatan tersebut, kabar gembira masih menghampiri para juri yang telah menyeleksi 572 naskah yang masuk itu. “Tiga manuskrip yang kami tetapkan sebagai pemenang menunjukkan teknik penulisan yang matang dengan gaya yang berbeda-beda, intertekstualitas yang matang serta keberanian mengekplorasi tema-tema yang jarang digali penyair-penyair lain, dulu maupun sekarang, baik itu karena temanya sering dianggap terlalu banal atau malah terlalu kontroversial,” tutur Mikael.
Naskah ‘Sergius Mencari Bacchus’ menceritakan sebuah tragedi, dengan kisah-kisah yang disampaikan dengan nada ringan, nyaris komikal, bahkan ada beberapa yang mengingatkan pada puisi “mbeling”. Empati sosial muncul dalam puisi-puisi dari naskah ‘Kawitan’ yang dideskripsikan dengan lembut. Sementara, dengan bahasa yang sederhana, ‘Ibu Mendulang Anak Berlari’ memotret kompleksnya pengalaman menjadi ibu dengan menampilkan kehidupan domestik menjadi sesuatu yang hampir sureal.
(mmu/mmu)