"Pergelaran opera jawa klasik "Kidung Dandaka" juga menjadi sebuah bentuk kepedulian dan kesungguhan hati untuk menjaga warisan budaya bangsa serta mengajak masyarakat, bersama-sama mempertahankan dan melestarikan keutuhan kebudayaan tradisi Nusantara," ucap produser eksekutif Andang W.Gunawan, Senin (18/4/2016).
Pementasan ini merupakan karya dari tiga maestro tari. Di antaranya adalah Retno Maruti, Sulistyo Tirtokusumo, dan Sentot S. Serta melibatkan beberapa penari dan pengrawit dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Yogyakarta, dan Sanggar Sanggar PadneΓ§wara serta Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertunjukan 'Kidung Dandanaka' digelar juga bertepatan dengan hari jadi ke-40 tahun PadneΓ§wara. 'Kidung Dandaka' menceritakan tentang Rama dan Sinta yang harus menjalani pembungan di hutan selama 13 tahun. Semuanya berawal dari kemenangan Rama dalam sayembara Mantili yang membawanya pada kesengsaraan. Cobaan dan penderitaan terus datang pada Rama sampai ia harus berpisah dengan Sinta.
Cinta Rama dan Sinta menjadi perlambang persatuan sejati, cinta yang bisa melebur dosa-dosa manusia. Untuk itulah, Sinta rela menderita demi kesetiannya pada Rama. Sinta telah berbuat segala-galanya, karena ia percaya dari penderitaannya, suaminya akan mendapat kemuliaan. Ia pun dengan tegar akan terjun ke dalam api yang hendak menguji kesuciannya.
"Semoga pertunjukan tari ini bisa menghidupkan kembali minat remaja akan tarian tradisional yang mulai ditinggalkan dan kini saatnya mereka bangga akan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia," lanjut Andang lagi.
Pementasan akan berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 22-23 April 2016 pukul 19.00 WIB.
(tia/tia)











































