Danni yang kini berdomisili di Semarang menciptakan sebuah lukisan Song Hye Kyo dalam project seni berjudul 'Face Identity'. Ia menjadi salah satu perupa dari empat kota (Semarang, Solo, Surabaya, Pasuruan) yang berpartisipasi dalam pameran kolaboratif di galeri seni House of Sampoerna Surabaya 'Art Akulturasi'. Eksibisi akan dibuka nanti malam sampai 23 April mendatang.
Ketika dihubungi, Kamis (31/3/2016), Danni menceritakan asal muasal proyek. "Face identity adalah project yang mulai dan sedang saya kerjakan sejak awal 2016," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Danni kembali melanjutkan, hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan sejak September 1973 membuatnya tertarik untuk menggarap proyek tersebut. Menurutnya, akibat hubungan dua negara, budaya KPop makin merajalela. Berbagai ikon budaya dalam sektor hiburan makin bermunculan, termasuk sosok artis Song Hye Kyo.
"Wajah-wajah yang bermunculan seperti arus air yang mengalir dari hulu sungai dan bermuara di samudra, mengalir deras dan tampak tumpah ruah bahkan ke permukaan," ungkap mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Proyek seni 'Face Identity' merupakan gambarannya untuk membaca wacana akulturasi yang menjadi tema dalam eksibisinya kali ini. Sekaligus 'Face Identity', dianggap Danni tepat untuk mengambarkan persoalan hubungan bilateral dua negara yang tengah diminatinya.
"Dalam karya tersebut saya menghadirkan potret wajah seorang aktris Korea yang berdiri hening di antara putih bulu yang bertaburan. Gambaran dengan nuansa kelam sepi landskap urban terbingkai hitam ala border yang biasa kita lihat di perangkat televisi atau film," tambahnya.
"Border yang tergambar di karya 'Face Identity' tidak hanya bayang yang membingkai permasalahan seputar budaya saja. Tapi pada akhirnya juga menghadirkan sebuah kesimpulan, bahwa pencitraan sedang bermasalah dan selalu ada jarak antara kenyataan dan apa yang dicitrakan," pungkas Danni.
(tia/mmu)