Ada 173 galeri seni dari 34 negara yang berpartisipasi. Sebanyak itulah, Level 2 Hall D,E,F Marina Bay Sands Expo dipadati oleh publik yang ingin melihat karya seni. Jumlah galeri yang meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan angka yang mencapai 40.500 pengunjung itu kini makin mengukuhkan Art Stage.
Art Stage Singapore 2016 yang sudah berlangsung enam kalinya mempertemukan karya dan seniman Asia dengan karya dan seniman dari mancanegara. Pertemuan dua kutub itu seakan makin menguatkan peran Art Stage Singapore dalam kancah art fair bertaraf internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di area publik lainnya, masih ada karya dari Yudi Sulistyo, Winner Jumalon, Kenny Low, Eko Nugroho, Anon Pairot, Entang Wiharso, Pierre Matter, Manolo Valdes, Basmat Levin, dan Qin Chong. Di sisi kiri, ada bagian Video Stage yang berwarna pink di peta panduan. Di bagian lainnya, dengan warna jingga terdapat Southeast Asia Forum yang fokus terhadap persoalan urban, masyarakat, dan lingkungan sosial.
Pertemuan antara dua kutub itu bisa ditemukan pada karya Yayoi Kusama yang khas dengan polkadot di booth Sakurado Fine Arts. Karyanya terjual senilai USD 1,2 juta atau sekitar Rp 16,7 miliar. Angka fantastis dianggap termasuk yang tertinggi di Art Stage. Kiprah Yayoi mampu menguatkan namanya di ranah internasional sebagai established artist dunia. Fotografer Steve McCurry juga berhasil menjual dua karya print-nya dengan harga USD 42.000 atau sekitar Rp 584 juta.
Tak hanya itu saja, seniman Indonesia Syagini Ratna Wulan yang mewakili galeri ROH Projects terjual dengan nilai USD 30.000 atau sekitar Rp 416 juta. Karya perupa Korea Selatan Chun Kwang pun terjual dengan harga fantastis untuk USD 175.000 atau sekitar Rp 2,4 miliar.
Suksesnya penjualan karya-karya seniman Asia dan mancanegara menambah nilai plus bagi Art Stage Singapore. Nilai lainnya yang tak boleh luput dilihat adalah Southeast Asia Forum. Untuk pertama kalinya, Art Stage menciptakan bagian khusus bagi seniman Asia Tenggara untuk berkreasi sesuai dengan kuratorial dari Nadia Ng dan pendiri Art Stage Singapore, Lorenzo Rudolf. Indonesia kian unjuk gigi dengan karya dari Aliansjah Caniago (Lawangwangi), Aditya Novali (ROH Projects), dan Tintin Wulia (Osage Gallery).
![]() |
Di bagian ini, tidak hanya terdapat dua dimensi saja yang ditampilkan. Namun, banyak karya seni instalasi, kinetik, dan interaktif yang mengajak pengunjung untuk turut serta menjadi bagian dalam karya seni. Tintin Wulia mengajak pengunjung untuk memilih kewarga negaraannya dan paspor sendiri, serta Chong Kim Chiew (Malaysia) yang mengajak siapa pun untuk bermain badminton di dalam galeri. Di area tersebut, pengunjung juga bisa menjadi penonton dan menikmati pertandingan.
Program publik yang diselenggarakan secara cuma-cuma juga dihadirkan Art Stage. Lewat 'Southeast Asia Forum Talks' selama 4 hari penyelenggaraan, ada 10 sesi diskusi yang dihadirkan. Tak tanggung-tanggung, Lorenzo Rudolf mengundang nama-nama beken internasional. Di antaranya arsitek Rem Koolhas, perupa Amerika Joan Jonas, seniman Thailand yang menjadi buah bibir Anon Pairot, sampai figur dalam pasar seni global Simon de Pury.
![]() |
Di edisi mendatang, Art Stage Singapore masih punya pekerjaan rumah yang banyak. Bukan hanya menciptakan pasar seni global dan Asia serta pertemuan antara seniman Asia dan internasional, tapi juga fungsi edukatif bagi masyarakat. Berbagai program publik bakal ditunggu oleh pecinta seni Singapura dan dunia. Karya-karya seni lainnya juga ditunggu kehadirannya di edisi mendatang, Januari 2017.
Sampai jumpa di Art Stage Singapore berikutnya!
(tia/mmu)














































