Ditemui dalam 'Up Close and Personal with the Artist' belum lama ini, kurator ICAD 2015 Hafiz Rancajale mengatakan sebuah pameran seni yang digelar di tengah hotel ternama ibukota harus dilihat cara bungkusannya, bukan mementingkan persoalan komersil.
"Ada satu hal yang menjadi perhatian, bagaimana membungkus aktivitas ini secara kultural agar bisa menyentuh publik. Karena kalau secara komersil saja, tidak bisa dengan mudah menyentuh publik," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut, anggota Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), pameran seni di Jakarta sangat riuh, dinamis, dan banyak tumbuh inisiatif dari berbagai komunitas untuk membuat pameran. "Karena ada partisipasi publik yang menjadikan berbagai tempat sebagai wilayah ekspresi."
Tren selfie di tengah-tengah pameran juga menjadi fenomena. Meski begitu, Hafiz mengungkapkan hal tersebut tidak menjadi soal.
Baca Juga: Tur Internasional 'Shrek The Musical' Dimulai di Jakarta
"Kita harus menyambut fenomena ini. Saya sebagai orang seni rupa, mengartikulasikan pameran seni dan desain seabgai dua terminologi yang jadi satu. Saya pun menjadi jembatan antara seniman atau desainer ke publik," lanjutnya lagi.
Dibuka pada 28 Oktober lalu, sejak awal berdiri ICAD ditujukan sebagai ajang kolaborasi kreatif yang menginspirasi siapa saja. Kali ini, tema 'Vertical Horizon' diangkat dengan menampilkan karya dari 30 seniman lintas disiplin yang terpilih. Tema 'Vertical Horizon' dimaknai sebagai ruang pertemuan antara kemanusiaan dan ke-Ilahian. Kedua ruang tersebut melebur menjadi ruang yang mempunyai kekuatan dalam merefleksikan persoalan masyarakat kontemporer.
(tia/fk)











































