Hal ini disampaikan oleh penata kostum Febrizal Ridwan di sela-sela latihan Marlupi Dance Academy di Gelora Bung Karno (GBK) akhir pekan lalu. "Saya bikin kostumnya kira-kira 125 sampai 150-an kostum untuk 75 penari," katanya kepada detikHOT.
Pagelaran kali ini pun terbilang sulit. Bagi Febri, tantangannya adalah meng-Indonesia-kan balet. "Karena balet punya pakem sendiri. Baju khas Indonesia juga sama. Baju identik dengan yang seperti ini tapi balet juga nggak bisa terlalu tertutup," ujar Febri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kostum yang dipersiapkannya pun bukan hanya yang berasal dari balet klasik. Tapi juga mencerminkan keindahan dari lima pulau yang akan ditarikan di 'Kabayan'.
Dia akan merancang kostum untuk para penari utama dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tentunya, para penari masih akan mengenakan sepatu point, dan kostum bagian bawah yang mengembang bernama 'tutu'.
Simak: Sambut Usia 60 Tahun, Marlupi Dance Academy Pentaskan 'Kabayan'
"Kostum balet itu agak-agak mirip dengan yang tradisi. Ada kemben-kembennya juga dan itu kita pakai. Kalau Jawa pakai kain batik dan tetap pakai sampur (selendang). Kalau Dayak tetap khas Borneo, sama juga Papua," ucap penata kostum yang sudah mengikuti perjalanan MDA sejak 11 tahun lalu.
(tia/mmu)











































