Jika Anda kebetulan atau memang sengaja sedang ada di Yogyakarta pekan ini, jangan keburu pergi lagi sebelum akhir pekan. Sebab, mulai Kamis (8/10) hingga Sabtu (10/10) ada acara unik, langka dan mungkin baru pertama kali ini digelar di Indonesia. Acara tersebut bernama βKampung Buku Jogjaβ, dan bisa dikunjungi di Foodpark UGM. Di sini, Anda akan merasa pulang ke rumah, bernostalgia dan melepas rindu. Bagaimana bisa begitu?
Digagas oleh sejumlah aktivis perbukuan Jogja, βKampung Bukuβ memang bukan acara pameran biasa yang semata menonjolkan transaksi jual-beli. Sejumlah penerbit βbesarβ di Kota Pelajar itu akan tampil bersama-sama dengan penerbit βindieβ dan individu-individu pemilik kios maupun βlapak onlineβ buku-buku lawas dari berbagai kota. Acara ini akan menjadi ajang βpergaulanβ antara pelaku industri buku, gerilyawan penerbitan, pecinta dan kolektor, berikut buku-buku terbitan dan koleksi pribadi mereka.
βBuku-buku milik penerbit major akan bergaul dengan buku-buku lawas, langka, antik dari lapak-lapak online, dan buku-buku yang terbit terbatas milik penerbit-penerbit indie. Yang menyamakan tiga jenis produk itu adalah tema buku, yakni sastra, sejarah, pemikiran, politik, sosial, seni, budaya, kajian agama, psikologi, hukum, komunikasi, kajian media, dan wacana kiri,β ujar salah satu penggagas acara tersebut, Adhe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adhe yang kini mengelola Penerbit Octopus menggagas Kampung Buku Jogja bersama-sama antara lain pendiri Indie Book Corner Irwan Bajang sebagai ruang bagi βbertemunya buku dengan dirimuβ. Istilah βkampungβ sengaja dipilih untuk mewadahi filosofi yang ingin dihadirkan dalam acara itu.
βSubstansi dari istilah kampung di Nusantara adalah sebuah tempat yang dirindukan sebagai tempat kembali. Entah kembali untuk sekadar melepas lelah dan rindu dari sebuah perjalanan, atau lebih mendalam, yaitu kembali untuk menemukan jati diri setelah terombang-ambing dari perantauan identitas,β terang Adhe.
Lebih spesifik, Adhe merujuk pada fenomena belakangan ini dimana ada yang sedang bergerak di sebagian kalangan perbukuan di Yogyakarta. Kota yang pada akhir masa Orde Baru dan awal 2000-an melahirkan banyak βpenerbit alternatifβ dan buku-buku βwacana beratβ itu sekarang seperti menemukan lagi semangatnya sebagai episentrum βbacaan seriusβ dalam tema-tema pemikiran, sastra, sejarah, politik, dan lain-lain.
βKampung Buku Jogja hadir antara lain untuk menjawab munculnya gerakan itu,β sambung Adhe.
Hajatan tersebut mendapat sambutan meriah dari kalangan perbukuan Jogja. Sejumlah penerbit mengantisipasinya dengan menerbitkan kembali beberapa produknya yang kini telah langka di pasaran. Tak hanya itu, penerbit-penerbit baru pun dengan penuh gairan menyiapkan buku-buku baru untuk diusung ke Kampung Buku Jogja. Salah satunya adalah Penerbit Kendi dengan produk pertama mereka, βMenjadi Merah: Gerakan Sarekat Islam Semarang 1916-1920β karya Yus Pramudya.
Gairah menyambut Kampung Buku Jogja juga berembus sampai ke luar Jogja, salah satunya dirasakan oleh Rudy, pemilik kios buku Stalinbook di Depok, Jawa Barat. Sejak awal diumumkan ia yakin, acara tersebut akan menjadi pameran buku yang paling keren yang pernah ia ikuti. Tak heran jika sejak awal September ia sudah sibuk menyortir buku-buku bagus koleksinya untuk dibawa ke Jogja.
βAcara ini mungkin tak sebesar book fair yang biasa digelar di Jakarta yang pesertanya adalah penerbit-penerbit besar, tapi saya percaya ini adalah pesta buku yang akan sangat meriah dan seru, di sana akan berkumpul tak cuma penerbit, tapi juga sebagian besar pedagang online di Yogya dan sekitarnya, juga dari kota-kota lain, wajah-wajah di balik akun pedagang buku online yang mungkin tak pernah kamu jumpai,β tutur Rudy.
Selain Rudy dengan Stalinbook-nya, pedagang buku dari luar Jogja yang siap menjadi warga βKampung Buku Jogjaβ adalah Agus Manai dari Magelang. Agus akan mengusung buku-buku terbitan Indonesia Tera, salah satu penerbit legendaris yang produknya kini juga banyak diburu kolekstor dan pecinta buku.
βPokoknya siap-siap mabok buku langka!β ujar Adhe. Sampai ketemu di Lembah UGM!
(mmu/mmu)











































