Hidayat hadir dalam acara jumpa pers kemarin. Saat sesi tanya jawab, ia pun memanfaatkan kesempatan untuk berbicara. Ia mengungkapkan dirinya sudah melukis lebih dari 60 tahun dan telah lama menjadi penghuni Taman Ismail Marsuki (TIM).
Namun, ia mempertanyakan mengapa penyelenggara Jakarta Biennale 2015 tidak mengajak seniman ibukota lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Gudang Tua Sarinah Dipilih Jadi Lokasi Pembukaan Jakarta Biennale 2015
Padahal menurut penjelasannya, di tahun 1974 Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pertama kali menggelar biennale dengan nama Pameran Seni Lukis Indonesia di TIM. Ada 81 pelukis dari berbagai generasi yang terlibat.
Model pameran dua tahunan seperti itu kembali berlangsung pada 1976, 1978, dan 1980. Namun, baru di tahun 1982 pertama kalinya tercantum kata 'biennale' sebagai nama acara.
Hidayat juga mempertanyakan aliran dana Pemerintah Daerah yang mengalokasikan dana biennale sebesar Rp 4 sampai Rp 5 miliar. Tapi yang diterima hanya Rp 3,2 miliar.
Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Irawan Karseno menegaskan tidak akan ada penyelewengan dana. "Karena laporan keuangan selalu lolos diperiksa oleh BPK, artinya baik-baik saja," tegasnya.
(tia/mmu)