'Kejutan' itu bertepatan dengan penyelenggaraan konser kembalinya sang raja ke jagat musik, yang bertajuk This Is It. Konser yang pernah dikatakan MJ, demikian sang raja pop biasa disapa, sebagai konser terakhirnya ini rencananya akan digelar sepanjang setahun mulai 13 Juli 2009 hingga 6 Maret 2010.
Dalam perjalanan hidupnya, karier MJ dalam dunia hiburan berada di puncak budaya pop yang tidak tertandingi, cemerlang! Namun ini diikuti dengan perilakunya yang seringkali dianggap aneh dan terus membayangi kehidupannya. Kisah-kisah 'nyeleneh' juga kekacauan yang mewarnai hidupnya, seolah juga menjadi standar bagi para selebriti dunia, yang berharap akan menjadi legenda.
"Dia meringkas setiap aspek itu, memiliki ketenaran utama, kekuasaan tertinggi, pengaruh utama," kata Patrick Wanis, seorang terapis dan konselor para selebriti, dilansir CNN, Kamis (12/6/2015). "Dia bahkan ekstrem pada setiap aspek itu," tambahnya.
MJ berulang mengutarakan pada publik bahwa hidupnya yang terus dipantau oleh seisi dunia ini mempengaruhi sisi emosionalnya.
"Publik secara umum harus memahami tekanan bagi selebriti yang telah memulai kariernya sejak masih kecil," tulis MJ pada tahun 2000 pada sebuah kolom situs relijius.
"Lebih dari itu, aku berharap bisa menjadi seorang anak yang normal. Bermain di rumah pohon dan roller skate. Namun aku tahu ini tidak mungkin."
Patrick Wanis menjelaskan bahwa pengalaman MJ merupakan ketahanan yang jarang terjadi. Karena pada umumnya bintang cilik bisa bersinar sangat terang kemudian perlahan hilang.
Namun MJ menjalani popularitasnya saat masih kecil, remaja, dewasa sampai ia wafat. Penampilan pertamanya di hadapan khalayak adalah ketika ia berusia enam tahun di sebuah klub malam di Gary, Indiana.
"Michael Jackson adalah sebuah enigma. Ia memulai ini saat masih menjadi anak-anak dan ia mampu terus menjalaninya karena ia memiliki hal seperti bakat supranatural. Masalah yang terjadi adalah ia tidak benar-benar pernah memiliki kehidupan pribadi. Ia tidak pernah punya kesempatan untuk hidup," jelas Patrick.
Bagi MJ, tekanan menjadi selebriti itu diperburuk hingga menjadi sebuah luka emosional dan mental yang dalam. Tahun-tahun hidupnya ia jalani untuk menciptakan beragam karya musik yang menggema hingga ke seluruh dunia, menghabiskan banyak uang untuk menjalani berseri-seri operasi plastiknya dan menghadapi beberapa masalah hukum.
Menurut Patrick, dalam diri MJ ada kecenderungan untuk melawan sang ayah. Namun di sisi lain ia menjadi anak yang penurut dan ini menyebabkan sebuah sikap rebel untuk melawan ayahnya.
Kasus-kasus yang ia hadapi dalam hidupnya mendorong MJ untuk masuk ke perilaku anti-sosial. Pada akhirnya ia memiliki keinginan untuk kembali tampil di atas panggung, seperti ingin meraih satu kali lagi kesempatan masa jaya popularitasnya.
Kolumnis Andrew Sullivan punya pandangan tentang MJ, "Aku merasa berduka akan budaya yang ia buat dan sekaligus menghancurkannya," tulisnya. "Aku berharap tidak ada lagi orang jenius yang akan menjadi korban dari ciptaannya lagi."
(ass/mmu)