Insan Indonesia kerap menggunakan rangkaian bunga pada acara-acara spesial, mulai dari acara pernikahan, ritual keagamaan hingga acara jamuan macam perayan 17 Agustus di Istana Negara.
Khusus untuk tingkat kenegaraan, tentunya ada orang-orang yang memang ahli di bidang ini dan ditunjuk untuk mendekor ruang-ruang di Istana dengan rangkaian bunga yang juga khusus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap tahunnya di perayaan Hari Kemerdekaan, dekorasi di istana itu berganti-ganti. Tahun lalu gaya budaya Kalimantan yang dijadikan primadona pada acara 17 Agustus, dan kemungkinan tahun ini gaya Jawa yang dipilih. "Balutan dekorasi di istana itu setiap tahun berganti-ganti."
Tak hanya dekorasinya yang berganti-ganti personil yang mewakili IPBI pun ikut dirotasi setiap tahunnya. "Anggotanya ikut kita gilir, supaya gantian. Tapi yang ke Istana itu harus orang yang bisa merangkai bunga, seleksinya dilihat dari situ dan ke Istana itu lebih sebagai reward atas pencapaiannya," jelas Lucia Raras.
*****
Ada banyak kisah menarik dalam pengerjaan materi dekorasi di Istana. Terutama pada saat perayaan Hari Kemerdekaan kita. "Di Istana kita melibatkan banyak perangkai bunga dan rata-rata mereka sukarelawan, ibu-ibu ini kadang enggak dibayar ya tapi mereka senang. Kalau kerjakan 17 Agustus itu seperti ada kebanggaan."
Ibu-ibu yang terlibat perangkaian bunga itu seperti ikut merasakan zaman kemerdekaan dulu. Ketika orang mempersiapkan 17 Agustus tanpa dibayar dan sepenuh hati mencurahkan keahliannya.
Di antara banyak perancang bunga istana ada perwakilan IPBI yang sudah menjalani profesi perangkai bunga istana selama lebih dari 10 tahun, yakni Lusi Ismail.

Ia sudah masuk ke Istana sejak tahun 2002 silam. "Awalnya saya masih ikut-ikutan merangkai bunga dan belajar bagaimana manajemen merangkai bunga dalam skala besar. Ini beda dengan merangkai bunga retail," jelasnya. Sejak tiga tahun terakhir, ia lebih aktif sebagai konsultan perencana desain dalam pendekoran Istana.
"Di sini kita belajar dari mulai desain sampai barang itu jadi, ini proses yang sangat panjang dan ini yang saya pelajari." Tugasnya tak hanya merancang rencana penampilan bunga-bunga mereka, tapi ia juga menentukan tempat-tempat di Istana, yang akan dipercantik dengan dekor.
Uniknya baik Lucia Raras mapun Lusi Ismail adalah sarjana di bidang pertanian, namun mereka terjun lebih dulu di dunia karir pada bidang yang sama sekali berbeda. Masuk ke dunia perangkai bunga pun tak langsung jadi komersil. Misal Lusi Ismail, ia mengaku awalnya merangkai bunga itu hanya untuk kebutuhan keluarga saja.
Lali ia merambah ke teman-teman hingga mulai masuk ke kantor-kantor besar di Indonesia. Baru setelah itu ia mulai melayani keperluan pihak Kementrian dan tibalah ia di pintu Istana.
Sementara itu Lucia Raras mengawali dunianya di bidang ini sebagai sukarelawan gereja. Awalnya ia merangkai bunga untuk pelayanan dan dekorasi acara khusus yang dihelat di gereja.
(ass/utw)