"Lakon ini saya tulis Mei 1989 dan baru dipentaskan sekitar 25 tahun setelahnya. Naskah ini menjadi istimewa bagi saya," ujarnya usai pentas 'Demonstran' di Graha Bhakti Budaya, TIM Jumat malam (28/2/2014).
Naskah 'Demonstran' yang menceritakan tentang tokoh utama bernama Topan ini ditulis Nano dalam waktu tiga bulan. Meski, saat itu ia belum mengetahui akhir dari ceritanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya buat 65 halaman saja, masih ada sekitar 5 halaman lagi yang mau saya tulis. Tapi saya belum tahu akhirnya bagaimana," ujarnya.
Nano menceritakan jika naskah ini memiliki keterikatan dengan lakon 'IBU, Mother Courage and Her Children' yang sudah dipentaskannya November lalu. Keduanya sama-sama menyiratkan kritik sosial dan menyindir apa yang terjadi terhadap bangsa ini.
Seperti lakon 'Suksesi' yang dianggap tak bisa dipentaskan. Namun Teater Koma tetap menayangkannya meski dibredel pada hari ke-11. Tahun ini merupakan tahunnya politik pemilihan presiden Indonesia.

Dengan adanya pagelaran 'Demonstran' kali ini, Teater Koma berharap akan mampu mengkritik para pejabat yang dahulunya menjadi demonstran maupun pemerintahan Indonesia.
"Sekarang sulit sekali menentukan mana yang harus dibela dan yang disalahkan. Unjuk rasa sering dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Situasi ini yang menjadi latar pementasan kami," kata Nano.Β
(utw/utw)