Ini terutama mengacu pada foto-foto di masa perjuangan bangsa Indonesia. IPHHOS merupakan kepanjangan dari Indonesian Press Photo Service adalah kantor berita foto pertama di Indonesia.
"Mereka yang membuat foto-foto yang menjadi simbol identitas Indonesia," ujar Oscar Motuloh, Kurator Pameran IPPHOS Remastered Edition (06/12/2013) di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya berpameran, ada pula peluncuran buku yang dituliskan oleh Yudhi Soerjoatmodjo. Judulnya IPPHOS Remastered Edition kedua.

Yudhi banyak menjelaskan bagaimana perampasan negatif foto dan berbagai arsip sejarah bangsa oleh Jepang dan Belanda pasca kemerdekaan RI.
Beberapa arsip hangus atau hilang tanpa jejak, sementara sebagian lainnya selamat berkat kelihaian taktik para pewarta foto berita saat itu.
Foto-foto hitam-putih yang menyajikan gambaran kondisi tanah air ini menurut Yudhi, hanya satu persen yang tersebar luas di masyarakat, termasuk untuk keperluan pelajaran sejarah di sekolah.
Jadi bisa dibilang kita sebagai masyarakat Indonesia, hanya mendapat foto-foto sejarah yang itu-itu saja.
"Ada seperempat juta film negatif IPPHOS dari tahun 1945 sampai 1975. dari seperempat juta itu sekitar 23 ribu negatif, berasal dari tahun 1945-1949," ujar Yudhi Soerjoarmodjo.
"Sekitar 23 ribu itu, hanya 1 persen yang pernah diterbitkan dari sejak tahu 1940-an sampai sekarang."
Banyak citra-citra baru yang muncul dari kejadian bersejarah itu di pameran ini. Pameran ini sendiri akan berlangsung hingga 13 Januari 2013.
Ada pula diskusi bertajuk IPPHOS dan Pembentukan Citra Republik Indonesia (14/12/2013) bersama Yudhi Soerjoatmodjo dan Oscar Motuloh di Neo Cafe Jurnalism, Galeri Foto Jurnalistik Antara.

(ass/utw)