Pak Nur, Memaknai Kekayaan Lewat Seni, Kaca Bagi Koruptor

Embrio, Pameran Arsip Seni Rupa Indonesia (7)

Pak Nur, Memaknai Kekayaan Lewat Seni, Kaca Bagi Koruptor

- detikHot
Rabu, 16 Okt 2013 16:47 WIB
(Astrid Septriana/detikHOT)
Jakarta - "Kita mesti berjuang, membenahi diri
Bercerminlah banyak, bercermin..
Tuhan ada disini, ada di jiwa ini
Berusahalah agar dia tersenyum.."

Sepotong lagu dari Ebiet G. Ade ini, dinyanyikan oleh Pak Nur. Nanar rasanya melihat pemulung sekaligus seniman jalanan yang mulai renta itu, bernyanyi optimis. Di rumahnya, di kolong sebuah jalan tol.

Pak Nur, merupakan pria dibalik untaian kata-kata yang terpampang di tembok-tembok bagu flyover kawasan Tb. Simatupang, Jakarta Selatan. Ia jauh dari berkecukupan untuk membeli sekaleng cat, namun ia berusaha dan bangga melakukan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak sulit memang menghakimi aksi ini sebagai perilaku sia-sia, tak perlu, merusak dan lainnya. Namun, bagaimana bila ia melakukan ini dengan sebuah kesadaran akan cita-cita terhadap masa depan bangsa yang lebih baik?



"Saya punya ilmu ya saya bagi, sayang ilmu kalau enggak diamalin, jangan pelit ilmu. Negara harus begitu, enggak boleh mikirin perut sendiri, miskin lah nanti," ujarnya kepada detikHOT (14/10/2013).

Sementara para lulusan sarjana, petinggi pemerintah, yang mudahnya dikatakan lebih 'kaya ilmu' justru banyak yang menjadi rampok bagi bangsa sendiri. 'Paling Berbahaya Adalah Pejabat Yang Profesional, Tapi Tidak Jujur Alias Korup' merupakan salah satu karya grafiti Pak Nur.

Lebih dalam, Pak Nur memaparkan ilmu yang ada di kepala itu harus ikut terpatri di dalam hati agar mampu diproyeksikan dalam sebuah perbuatan.

Kecerdasan dan pemahamannya yang mendalam soal kehidupan, didapatkan oleh ayah tiga anak ini dari pahit-manisnya kehidupan di jalanan. "Saya hidup apa adanya, dikatain orang gila sudah biasa."

Keluarganya berada di wilayah Leuwiliang. Pak Nur, yang bertahun-tahun menyendiri di kolong jalanan layang itu kini mulai banyak diajak turut serta dalam kegiatan pameran yang bergengsi di negeri ini. Ia pun mengakui bahwa Indonesia Street Art Database (ISAD), telah banyak mendukungnya.

Ia pernah berkolaborasi dengan seniman jalanan asal New York, dengan inisial BNE. Pekan ini pun karyanya masih terpampang di pameran arsip dan dokumentasi seni rupa Indonesia, Embrio. Dalam waktu dekat, ia juga akan berpartisipasi dalam penyelenggaraan Jakarta Biennale.

Dalam karya yang akan segera dipresentasikan itu, Pak Nur coba membawa pesan untuk generasi muda agar mau berkontribusi dan membawa manfaat baik bagi bangsanya.



"Mengajak dan membangun generasi, jadilah diri sendiri seutuhnya, buat prestasi, sumbangkan kepada kehidupan ini. Maksudnya membangun generasi itu, supaya kita tidak hanya berpangku tangan, berkaryalah!"

Karya pak Nur sendiri sudah berkali-kali terkena penertiban. Baik dari instansi Pemerintahan maupun swasta. Namun berkali-kali pula ia mempertahankan karyanya tetap berada di dekat masyarakat. "Kamu menghapus itu saya rela masuk penjara deh, soalnya ini buat kepentingan orang banyak," kata Pak Nur.




(utw/utw)

Hide Ads