Festival seni kontemporer dan pertunjukan di Frankfurt berjudul 'Indonesia LAB' akan digelar pada 6-15 Oktober mendatang. Enam institusi kebudayaan ternama bekerja sama sebagai mitra di bawah payung 'Frankfurt LAB' yang menarik pengunjung Asia Tenggara.
Sebelum dimulainya Frankfurt Book Fair Oktober ini, serangkaian acara telah disiapkan. Indonesia menjadi negara tamu kehormatan di festival sastra dan buku terbesar di dunia.
Simak: 8 Perempuan Seniman Gelar Pameran 'Wani Ditata Project'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka fokus pada tubuh manusia dan perpindahannya selama pertemuan tersebut. Sedangkan Tian Rotteveel dan Darlane Litaay menemukan potensi koreografi pada topik 'menunggu' saat bekerja bersama di Jayapura, Surakarta dan Berlin. Fitri Setyaningsih dan Nicola Mascia menjelajahi batas-batas dari koreografi dan seni kontemporer.
Elia Nurvista dan Josh Johnson membahas kebiasaan makan dan implikasi fisik serta sosial-politik di Indonesia, Jerman dan Amerika. Tiga dari duet kreatif ini akan tampil di Surabaya dan Jakarta akhir bulan Oktober mendatang sebagai bagian dari Jerman Fest 2015.
Baca Juga: Dari Panggungharjo ke Panggung Sastra Internasional
Sorotan lainnya dari Festival Seni Kontemprer bagian dari Indonesia LAB di Frankfurt adalah teater musikal dan potongan karya tari oleh koreografer-koreografer ternama di Indonesia. Misalnya seperti Melati Suryodarmo yang akan menghadirkan karyanya yang berjudul 'Sisyphus', Eko Supriyanto dengan 'Legu Salai' serta Jecko Siompo yang menciptakan pernyataan berani dalam 'In Front of Papua'. Ia menegaskan bahwa musik hip-hop sebenarnya berasal dari Papua.
Informasi selengkapnya, silakan kunjungi www.jermanfest.com atau www.mousonturm.de/web/en.
(tia/mmu)