Dalam episode tersebut, Kumalasari menemui wanita lansia yang berprofesi sebagai pengupas kerang di ibu kota. Wanita paruh baya itu tinggal di sebuah rumah warisan sang suami yang mendahuluinya dipanggil Yang Maha Esa.
![]() |
Hidup seorang diri tanpa kehadiran anak-anaknya, wanita tangguh itu pun melakukan pekerjaan sendiri. Anak pertamanya sudah menikah dan ikut dengan sang suami, sedangkan anaknya yang lain tinggal berbeda rumah darinya.
Mak Iteng kebetulan sudah 42 tahun menjadi pekerja sebagai pengupas kerang di kampung nelayan. Ia bekerja sejak matahari terbit hingga tenggelam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia hanya mampu mendapatkan Rp 4000 perkilonya. Namun, Mak Iteng tidak pernah mengeluh karena baginya, hidup adalah perjuangan.
Saat dipertemukan dengan kumalasari, Mak Iteng bercerita tentang kegiatannya hingga kenangan bersama mendiang suaminya.
Sambil berbincang, Kumalasari juga menawarkan diri untuk membantunya mengupas kerang. Kumalasari juga diminta untuk mencari kerang di sebuah danau di Jakarta Utara, ditemani olehnya.
![]() |
Saat mencari kerang, Kumalasari tercapit kepiting yang melukai tangannya. Setelah itu, mereka pun kembali ke tempat pengupasan kerang. Kumalasari ternyata tak sampai situ saja mendapat musibah, sebab ketika mengupas kerang, tangannya terkena pisau yang bikin Mak Iteng panik.
Di akhir acara, Mak Iteng pun menangis haru setelah diberikan hadiah oleh Kumalasari. Baju gamis dan kerudung itu memang begitu spesial bagi sosok wanita kuat itu, sebab selama ini dua barang itu tak pernah bisa dibelinya meskipun di saat Lebaran.
(nu2/nu2)