detikHOT memilih 10 seniman yang paling bersinar sepanjang tahun yang baru saja berlalu. Mereka dipilih berdasarkan prestasi atas karya yang dihasilkan, dan mendapatkan pengakuan publik. Siapa saja?
1. Kinez Riza
Juni lalu, detikcom membuat program khusus #dnewgeneration dan mengangkat profilnya sebagai seniman generasi baru Tanah Air. Dia tak hanya sebagai seorang fotografer tapi juga pelawan 'arus utama' seni rupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelumnya, Kinez pernah menggelar pameran di Land Art Mongolia 360 Biennale (2014) di Orkhon Valley. Serta dinominasikan untuk Sovereign Art Prize. Januari nanti, Kinez kembali akan memajang karya seninya di Art Stage Singapore 2016.
2. Antonio Sebastian Sinaga
Bagi Antonio Sebastian Sinaga, simbol agama selalu ada dalam setiap karya seni yang diciptakannya. Tak terkecuali dengan 'Voyagers of the Ark' yang menampilkan 40 gambar manusia dan hewan yang dipamerkan di 'Respublica' Galeri Nasional Indonesia Jakarta Pusat pada September lalu.
![]() |
Karyanya yang berjumlah 80 buah tersebut menjadi pemenang pertama dari kompetisi bergengsi Indonesia Art Award 2015 yang diselenggarakan oleh Gudang Garap. Lulusan Seni Keramik ITB ini juga pernah meraih penghargaan Soemardja Award 2012.
3. Muchlis Fachri "Muklay"
Seniman Muchlis Fachri atau akrab disapa Muklay menjadi juara ketiga dari kompetisi Indonesia Art Award 2015 dan berhasil meraih hadiah senilai Rp 50 juta. Penilaian 46 seniman yang dinominasikan melibatkan tim juri yakni Jim Supangkat, A Rikrik Kusmara, I Nyoman Rudana, Suwarno Wisetrotomo, Sri Astari, dan Indah C Noerhadi dan juri publik yang terdiri dari 25 orang.
![]() |
Muklay juga menjadi salah satu seniman yang mendirikan Seniman Sodara Jauh Art Intiative (Azis Wicaksono, Muchlis Fachri "Muklay", dan Yonaz Kristy "Sanjonas"). Mereka terdiri dari tiga kota berbeda. Di pamerannya di kios Space Galeri Pasar Santa, Sodara Jauh Art Initiative menitikberatkan ide untuk karya dengan mengumpulkan narasi seputar sejarah transformasi Pasar Santa dan sekitarnya dengan mewawancarai pemilik toko dan pelanggan pasar dalam pameran berjudul 'A Glass Box'.
4. Patriot Mukmin
Seniman asal Jakarta yang tinggal di Bandung ini menyebut seninya sebagai seni optikal ilusi yang ada unsur politiknya. Ia mengangkat ingatannya di tahun 1998. "Saya rasa memori itu ada tetapi tidak benar-benar ada, jadi optikal ini bisa terlihat jelas dan tidak jelas, seperti dalam karya seni yang saya buat."
![]() |
Baru-baru ini, Patriot terpilih menjadi salah satu seniman yang berpartisipasi dalam festival seni multikultur yang bernama 'Mapping Melbourne'. Festival ini memperkenalkan seni budaya kontemporer Asia. Tahun ini menjadi spesial karena para seniman Indonesia mendapat tempat khusus lewat sebuah pameran bersama 'SHOUT!'.
5. Aliansyah Caniago
Nama seniman muda Aliansyah Caniago makin mencuat ketika proyek Situ Ciburuy diangkat menjadi obyek penelitian. Bahkan permasalahan lingkungan dan urban yang ada di situ, akan dibawanya serta dipamerkan di Art Stage Singapore 2016.
![]() |
Proyek tersebut dimulainya pada 2012 lalu dan di Art Stage Singapore 2016, pria yang akrab disapa Alin akan menampilkan sebuah karya instalasi perahu serta video art. "Perjalanan masih panjang sampai 2018 nanti. Nanti yang ditampilkan di Art Stage Singapore 2016 baru awal mula proyek saja," ucap lulusan ITB Bandung ini dan pendiri artspace Ruang Gerilya.
6. Syaiful Garibaldi
Seniman asal Bandung ini terkenal karena menciptakan karya 'Kamus Bahasa Terhah'. 'Kamus Terhah' yang dibuat oleh pria yang akrab disapa Tepu pernah dipamerkannya juga di eksibisi 'Typotopia di Lotte Shoping Avenue pada Oktober 2014 lalu.
![]() |
Lambat laun, seniman yang selalu menggunakan bahasa sebagai medium dalam berkarya ini memang memiliki latar belakang Ilmu Biologi di Universitas Padjadjaran. Sebelumnya, ia pernah mengikuti program residensi di Prancis Centre Intermondes, La Rochele (2014). Di tahun yang sama, pria yang akrab disapa Tepu juga berpartisipasi di Art Basel Hong Kong dan Art Biennale di Taiwan. Serta di tahun 2012, Tepu pernah menerima penghargaan Karya Seni Terbaik dalam Bandung Contemporary Award #3.
7. Idrus bin Harun
Mural yang menyerupai burung Garuda bertuliskan 'Bhoneka Tinggal Luka' menyapa pengunjung Gudang Sarinah, Pancoran sebagai lokasi perhelatan akbar Jakarta Biennale 2015. Karya seni berjudul 'Menolak Jawai' itu memiliki simbol-simbol yang mencerminkan sejarah kota Bumi Serambi Mekkah.
![]() |
Pendiri Komunitas Kanot Bu sekaligus seniman mural Idrus bin Hasan yang menciptakannya. Istilah 'Menolak Jawai' sengaja digunakannya sebagai kata yang cocok untuk mengingat kembali peristiwa yang terjadi di Aceh, mengkritisi dan merespons kota kelahirannya. Kata 'Jawai' dalam bahasa Aceh berarti penyakit lupa yang kerap melanda para lansia atau dikenal dengan 'pikun'. Idrus menjadi salah satu seniman yang berpartisipasi di gelaran Jakarta Biennale 2015 yang masih digelar sampai 9 Januari 2016 mendatang.
8. Mila Rosinta
Nama koreografer muda Mila Rosinta tak hanya dikenal di Yogyakarta tapi beberapa waktu lalu di Jakarta, Mila bersama Didik Nini Thowok menggelar pertunjukan 'Canda Tua dan Muda' di ulang tahun Galeri Indonesia Kaya (GIK) yang ke-2.
![]() |
Sebelumnya, Mila juga dikenal sebagai koreografer yang mengajak 1000 remaja Yogyakarta untuk flash mob dan ikut menari bersama. Dia pun pernah menciptakan tarian tentang kebidanan yang menceritakan proses kelahiran seseorang.
9. Gianti Giadi
Dalam mengkonsep tarian Indonesia Menari 2015, Galeri Indonesia Kaya menggandeng Gianti Giadi, koreografer dan pendiri GIGI ART of Dance, sebuah tari profesional yang terdiri dari tarian tradisional hingga ballet. Mereka sempat tampil di dalam maupun luar negeri, seperti di Miss World 2013, Bali dan Singapura.
![]() |
"Tahun ini merupakan tahun kedua saya bergabung dengan Indonesia Menari. Keseruan peserta bahkan pengunjung yang hadir sangat memeriahkan acara Indonesia Menari 2015. Dengan adanya kegiatan tahunan seperti ini, diharapkan masyarakat Indonesia semakin mengenal ragam tarian di Indonesia dan melestarikan seni tradisional Indonesia," ungkap Gianti.
10. Ghidaq Al Nizar
Nama Ghidaq Al-Nizar makin melambung gara-gara seni ampas kopi. Beberapa media internasional mewawancarainya. Media internasional yang mewawancarai yakni My Modern Met, 9Gag, Metro Russia St. Petersburg, Websta_Me, media-media dari Ukraina hingga agen foto seperti Rex Features menawarinya bekerja sama. "Mereka tertarik terhadap daun-daun lukisan kopi saya."
Melalui akun Instagram @coffeetopia, Ghidaq mulai mempublikasikan karya seninya di media sosial. Jika ditelisik, tak hanya Ghidaq saja yang berkarier di seni ampas kopi. Tren tersebut pun mulai digemari para seniman secara otodidak. Lambat laun, seni ampas kopi dapat ditemui di media sosial dengan beragam teknik dan bentuk gambar.
![]() |
Tren seni ampas kopi pun menjadi tren dan booming dengan sendirinya. Kini, banyak orang yang lebih kreatid dan gambar-gambar indah dari kopi sangat digemari. Tak hanya menjadi kepuasan seni, tapi banyak pula yang menganggapnya sebagai gaya hidup. "Dengan begitu, seharusnya memotivasi siapa pun untuk mengeksplorasi seni. Bukan menjiplak tapi mencari gaya sendiri," tutup lulusan Sastra Inggris UPI.
(tia/mmu)