Apa sih yang paling melekat tentang Jakarta? Hiruk pikuk kemacetan di jalan, cepatnya perjalanan para pekerja kantoran, ataukah sisi lain dari kehidupan masyarakat yang tak banyak diketahui publik?
Seluk-beluk kehidupan masyarakat Ibu Kota diungkap oleh Brian Khrisna lewat novelnya yang baru saja diterbitkan berjudul Sisi Tergelap Surga. Melalui perspektif dan narasi 18 karakter orang-orang marjinal, Brian ingin mengangkat hal-hal yang luput dari mata masyarakat umum.
"Waktu lulus kuliah di tahun 2014, saya ke Jakarta dan tinggal di Kalideres, Jakarta Barat. Saya mencoba kehidupan Jakarta dengan segala kompleksitasnya, dan mencari kerja," tutur Brian Khrisna ketika diwawancarai di kantor detikcom pada Jumat (1/12/2023) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak disangka, Brian kepincut akan Jakarta. Kota dengan segala keruwetan itulah yang kini menjadi latar bagi novelnya.
"Waktu pertama ke Jakarta juga kaget, oh ternyata ada banyak rumpun, dan bahasa di sini. Aku sempat nggak berani ngomong pakai bahasa Sunda, yang masih lekoh banget ya Sunda-nya," ceritanya.
Jakarta sebagai latar juga diceritakan Brian menjadi kota tujuan utama para perantau dari daerah. Jakarta menjual berbagai impian dan mimpi bagi masyarakat di pelosok. Kota ini pula, lanjut Brian, menjadi harapan banyak orang.
"Kalau mau benar-benar hidup di Jakarta, ya harus bekerja apa pun. Menyambung hidup, dengan bekerja sehari-hari, dari hari ke hari, buat modal besok," tegasnya.
Cerita mengenai kaum urban dan yang terpinggirkan hidup di gang-gang sempit itu diceritakan oleh Brian. Dalam buku Sisi Tergelap Surga, dia memasukkan karakter waria yang juga sebagai seorang ayah ketika di rumah, pekerja seks komersil (PSK), perempuan yang menjadi Lady Companion (LC) ketika berkaraoke, hingga manusia silver yang hidup di jalanan.
Puluhan narasumber yang tinggal di kota besar berusaha diwawancarainya. Tak sekadar mendengar cerita mereka saja, namun Brian juga 'meresapi' hidup layaknya mereka.
Dia mewawancarai anak dari pekerja LC. "Anaknya yang sudah dewasa cerita, ibunya setiap malam juga merasa jijik sama dirinya. Habis kerja, pulangnya malam. Cuma ya mau gimana lagi, banyak utang. Mau kerja di tempat lain juga gimana, teknologi juga nggak melek. Kalau ditanya pekerjaan sebelumnya apa, juga susah diterima oleh masyarakat," cerita Brian.
Ada lagi kisah tentang manusia silver yang hidup di jalan dan mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Atau seseorang yang terpaksa menjadi waria setelah ditinggalkan istrinya.
"Seburuk-buruknya manusia, pasti berguna buat orang lain. Manusia punya sisi gelap tersendiri, nggak semua orang punya penampilan baik pasti baik, atau penampilan buruk pasti buruk juga," kata pria yang kini berdomisili di Bandung.
Brian juga ingin menyampaikan tentang sisi lain kehidupan mereka. "Agar orang-orang terbuka empatinya. Nggak selamanya orang bisa asal men-judge atau menghakimi. Dari buku ini, semoga bisa membuka sifat empat orang-orang," tukasnya.
(tia/mau)