Wentira menjadi satu-satunya kisah mistis tentang kota gaib di Tanah Air yang dibuatkan monumennya. Saking percayanya masyarakat sekitar mengenai misteri Wentira, sebuah monumen berdiri di antara kabupaten Parigi Moutong dan Palu, Sulawesi Tengah.
Tak banyak juga masyarakat di luar kota Palu yang mengetahui cerita tentang Wentira. Padahal berbagai kisah di baliknya kerap mengintai. Randu Alamsyah, penulis buku Wentira menceritakan berbagai mitos hingga inspirasi latar tempat Wentira untuk berkarya.
"Mitos tetaplah sebuah mitos, ya saya pikir bisa menjadi pariwisata mistis untuk orang yang berkunjung ke Palu. Pemerintah juga sudah mulai ada ancang-ancangnya, saking melegendanya Wentira," katanya ketika diwawancarai detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Misteri Kota Gaib Wentira di Kota Palu |
Menurut keterangan Randu, cuma Wentira saja legenda mengenai kota gaibnya yang dibuatkan monumen atau tugu berwarna kuning. Jika kota gaib Saranjana yang terkenal di dataran Kalimantan, hanya sebatas ucapan belaka serta penuturan dari tiga juru kunci.
![]() |
"Tugu itu sudah lama, kayak menandai, kalau masuk ke sana hati-hati. Dijaga perbuatan, ucapan, kalau sudah mendaki kebun kopi karena takut, itu kan wilayah Wentira," ucap Randu sembari memberikan peringatan kepada pembaca.
Di lokasi tersebut, Randu mengaku memang ada rumah penduduk namun hanya segelintir Kepala Keluarga saja yang berani dan bertahan tinggal di sana. Dia mengibaratkan kawasan tersebut seperti Kelok 9 yang ada di kota Padang, Sumatera Barat.
Randu yang merupakan eks jurnalis koran terbesar di Pulau Jawa itu menuturkan pernah ke kawasan tersebut antara tahun 2003 sampai 2005. Terakhir ke sana, ketika ia pulang kampung ke kota asalnya di Luwuk Banggai.
"Keluarga juga banyak di kota Palu, dan cerita mengenai Wentira juga beredar di sana," katanya.
Selain itu, Randu sengaja menuliskan cerita kota gaib Wentira ke dalam fiksi berbalut latar peristiwa tsunami Palu di 2018. Dia ingin memberikan sentuhan humanis tentang kehidupan para relawan kemanusiaan, yang memanggul mayat sampai tidur di tenda pengungsian.
"Mungkin jadi motivasi bagi anak-anak muda yang concern di dunia kemanusiaan juga," pungkasnya.
(tia/pus)