Iwan Suastika bukan sembarang nama di skena seni rupa Indonesia. Penjelajahannya terhadap isu sosial, lingkungan, dan fenomena alam yang ada di dalam figur serta simbol lukisannya menjadi pembicaraan.
Frasa 'I am the universe' atau yang berarti 'Saya adalah Semesta' melekat pada sosok pria asal Yogyakarta. Bagi Iwan, alam semesta menjadi inspirasinya dalam berkarya dan upaya untuk mencoba dekat dengan alam itu sendiri.
"Terkesan sombong ya, seolah-olah sombong ya (dengan ucapan saya adalah semesta)," kata Iwan Suastika ketika diwawancarai detikcom, belum lama ini.
Menurut keterangan Iwan, frasa itu menjadi sebuah usaha untuk mendekatkan diri kepada alam. "Karena saya adalah bagian dari alam juga," ungkapnya.
"Ya menurut saya, manusia itu memang seperti itu, dimaknainya bukan dengan angkuh yang berarti kamu merusak generasi setelahmu. Bukan seperti itu," ungkap lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) ISI Yogyakarta.
Iwan menuturkan mulai berkarya secara profesional sejak 2011. Saat masuk kuliah di ISI Yogyakarta, ia sudah aktif terlibat dalam berbagai pameran dan juga bekerja sebagai seorang desainer. Sehari-hari, ia melakoni seni sebagai hal yang biasa dikerjakannya.
"Seni itu kehidupan sih," ucapnya.
Dia pun melanjutkan ucapannya, "Soalnya menurut aku kalau misalkan hidup itu tidak dimaknai oleh seni nggak ada nilainya. Seni itu bagiku melihat karya seni harus dipahami dan dibaca sebagai produk kebudayaan yang memiliki nilai."
Jika sebuah karya seni tidak dibaca seperti itu, maka menjadi sebuah sampah. "Sama halnya dengan kehidupan, kalau nggak dimaknai ya nilainya tidak ada," tegasnya.
"Kesenian itu sudah melekat ke jiwa seni saya sejak kecil," kata Iwan.
Kini, Iwan Suastika sedang memajang 15 lukisan dan satu patung berskala besar dalam pameran tunggal bertajuk The Man Who Carried A Mountain hingga 12 September 2023. Karya-karyanya dipamerkan di D Gallerie, kawasan Barito, Jakarta Selatan.
Karya-karya yang diciptakan Iwan menyajikan fenomena perubahan lingkungan alam dan sosial yang kian antroposentrik. Istilah ini ditampilkan seniman asal Yogyakarta ini dalam pameran tunggal yang keduanya.
Dalam D Gallerie, Iwan menampilkan sosok manusia dan kehidupan non-manusia yang ada di bumi. Sosok manusia digambarkan di antara fenomena dan tantangan ephemeral yang terjadi di zaman ini.
"Kehadiran sosok manusia digambarkan berada pada puncak peradaban, sementara entitas non-manusia lainnya berada pada orbit peradaban manusia. Konsekuensinya manusia wajib memikul tanggung jawab besar yang bersumber dari hasratnya sendiri. Sekaligus untuk membatasi ambisinya yang mungkin belum disadarinya yaitu hasrat antroposentrik," tambah Iwan.
Bagaimana proses kreatif Iwan dalam berkarya? Simak artikel berikutnya.
Simak Video "Tarzan, Tessy hingga Roy Marten Dukung Ganjar di Pilpres 2024"
(tia/dar)