Sejak beberapa tahun belakangan, Risa Saraswati kerap menceritakan sosok hantu bernama Samex yang menghantui keluarga besarnya. Hantu itu semasa hidupnya tak lain adalah bagian dari keluarganya.
Sejak dekade 1980-an, Samex meneror semua anggota keluarganya termasuk generasi muda Jurnal Risa. Ketika sosoknya masih hidup, Samex kerap datang berkunjung ke rumah kakek, nenek, om, dan tantenya.
Sosok itu selalu bersilaturahmi, membawa oleh-oleh sampai bercengkrama dengan keluarga. Bahkan sosok itu kerap menginap sebelum kembali ke rumahnya di luar kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Risa Saraswati dan Cara Memanusiakan Hantu |
Tapi setelah meninggal dunia, sosoknya tak pergi. Samex-begitu nama samarannya- kembali ke keluarga besar dan melakukan teror dengan penampakan menakutkan.
Sosoknya muncul dengan rambut berantakan, terkadang masih lengkap dengan kain kafan maupun anyaman rotan ketika jenazah seseorang dimakamkan. Mitosnya, lehernya terlilit sajadah panjang.
"Ini adalah sosok yang meneror keluarga dan pendahulu kita, jadi orang tua kita mengalami dan sekarang kita pun mengalami. Memang jadinya kayak, huft menakutkan," kata Risa Saraswati kepada detikcom.
![]() |
Hal yang menyeramkan, lanjut Risa, karena keluarga besarnya mengenal sosoknya semasa hidup. "Layaknya keluarga kita tapi entah kenapa kita berpulang muncul dengan rupa yang berbeda. Itu yang bikin kita syok," sambungnya.
Sejak dua tahun yang lalu, Risa mulai terpikirkan untuk menulis sosok Samex ketika diminta oleh ibunya untuk kembali merilis karya. Tapi baru tahun ini, ibu satu anak itu sukses menerbitkan buku Samex yang diterbitkan oleh Bukune.
Sebenarnya apa sih yang ingin disampaikan oleh Samex melalui teror-teror dan kemunculannya?
![]() |
"Satu-satunya mungkin alasan beliau mendatangi kami adalah keluarga besar kami berkomunikasi dan melihat dia. Mau nggak mau, beliau mencari kita. Ada hal yang ingin disampaikan dan menimbulkan teror-teror dahulu," ucap Risa.
Risa menjelaskan dalam buku Samex, ada plot twist dan membuka fakta terbaru tentang makhluk tak kasat mata tersebut.
"Tentu saja bukan menakuti-nakuti pembaca, supaya gimana caranya tidak seperti dia di kemudian hari. Ketika saya mau menuliskan gimana dia, jadi sebuah pelajaran ke depannya sih. Dari buku-buku saya tuh, entah kenapa ketika orang tahu dan baca kisah hidupnya semasa dahulu banyak yang menyelipkan ke doa. Konon, mereka merasa jadi banyak yang mendoakan dan mengingat nama mereka. Mempermudah proses mereka ketika akan berpulang," tukasnya.
(tia/pus)