Dalam sebuah wawancara, sutradara Olivier Assayas mengatakan film ini menjadi sebuah keajaiban akhirnya rampung dibuat. Kuba dan Amerika ada dalam situasi yang tak ramah ketika Assayas dan tim produksinya menggarap film Wasp Network pada 2017.
Pertengahan 2017, Donald Trump memberlakukan pembatasan terhadap warga Amerika yang bepergian ke Kuba. Ia juga menolak mencabut sanksi AS perihal embargo ekonomi sampai Kuba membebaskan semua membebaskan semua tahanan politiknya, menghormati kebebasan berkumpul dan berekspresi termasuk melegalkan kebebasan berkumpul dan berekspresi.
Beberapa pemimpin bisnis AS dan anggota Kongres mengkritik langkah ini, mengatakan itu akan semakin mengisolasi Kuba dan memperburuk situasi ekonomi dan politik di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Film ini dibuat selama periode ketegangan antara Kuba dan AS dan situasinya berkembang cepat. Kami beruntung kami membuat film ini karena saya tidak berpikir itu mungkin terjadi hari ini," ungkap Olivier Assayas dilansir Reuters.
Film ini didasarkan pada kisah nyata lima sosok intelijen Kuba yang ditangkap di Florida pada tahun 1998. Mereka dihukum karena spionase dan kegiatan lainnya dan dipenjara, sebelum akhirnya dibebaskan setelah masa hukuman yang panjang sebagai bagian dari pertukaran tahanan antara kedua negara.
Dua intelijen akhirnya dibebaskan pada tahun 2011 dan 2014, tiga lainnya menyusul bebas pada 17 Desember 2014, sebagai bagian dari pertukaran tahanan seorang perwira intelijen AS yang ditahan Kuba.
Baca juga: Wasp Network, Pelarian Mata-mata Kuba |
Ketimbang dinilai sebagai penjahat, aktor Garcia Bernal menyebut karakternya berbeda.
"Ada sesuatu yang sangat unik tentang kisah ini. Bahwa cerita ini menyoroti tindakan cinta yang sungguh-sungguh dari apa yang mereka lakukan, dan takjub melihat bagaimana orang-orang yang mereka tinggalkan mendukung mereka," ujar sang aktor.
Dalam kisah nyatanya, karakter Garcia Bernal harus menjalani tahanan hingga 15 tahun penjara hingga akhirnya dibebaskan.
(doc/dar)