Buku pertama terbit awal 2019 dan baru pertengahan tahun buku keduanya 'Jagat Lelembut' rilis. Buku pertama memuat materi dasar tentang alam metafisika, baru di karya kedua tim Kisah Tanah Jawa memuat lebih banyak ilustrasi-ilustrasi makhluk tak kasat mata tersebut.
"Jagat itu kan dunia, lelembut itu makhluk astral. Jagat alam semestanya lelembut. Jadi sebagai contoh orang hanya tahu ada satu pocong yang hanya dibungkus, kalau dijabarkan ada macam-macam spesiesnya. Ini saking kayanya tanah Jawa ya," kata salah satu tim Kisah Tanah Jawa, Om Hao, saat diwawancarai detikcom di kantor, kawasan Tendean, Jakarta Selatan, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dengan terbitnya buku tersebut, Om Hao bersama tim Kisah Tanah Jawa ingin 'memanusiakan' makhluk halus. "Dalam artian kenapa harus takut juga yah, karena kan sama-sama ciptaan Tuhan," lanjut Om Hao.
Lewat pengetahuan tentang para lelembut tersebut, Kisah Tanah Jawa juga ingin manusia bisa menghargai makluk ciptaan Tuhan lainnya.
"Sebagai contoh, kasus kesurupan, mereka tuh ingin protes kepada manusia. Kita sebagai makhluk lebih mulia harus bisa menghargai juga, istilahnya seperti itu," ungkap Om Hao.
Dalam buku-bukunya, tim Kisah Tanah Jawa menceritakan mengenai penguasa gaib pesisir Laut Selatan, karaton Gunung Kawi, Gunung Padang, Gunung Merapi, hutan belantara, pabrik gula eks-Karesidenan Surakarta, Gua Jepang Yogyakarta sampai rumah sakit terseram di Blitar, Jawa Timur.
(tia/dar)