Dia mengaku akhir 2016 sudah mulai mengikuti pameran-pameran kolektif. Di awal berkarya, lukisan yang menggunakan metode 'fastline' ditiban dengan karakter menjadi ciri khas awal.
"Gue tuh gagal-gagal terus melukis. Sampai kuliah S2 Filsafat Timur, baru ketemu metode dan proses berkaryanya. Mungkin di situ baru ada jalannya," kata Abenk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tahun 2012, Abenk pernah membuat karya untuk event Market Museum. Selain metode 'fastline', imajinatif dan ekspresionis menjadi ciri khas lainnya dari karya Abenk.
Media dalam berkarya pun terus ditingkatkan Abenk. Di Bandung, dia pernah menggunakan media skateboard sebagai melukis, di ajang 'Play in Progress' yang berlangsung di level 5 Plaza Indonesia, eksplorasi visual Abenk makin dikembangkan.
![]() |
Abenk menggunakan medium lampu ultra violet untuk mendapatkan efek dramatis di seluruh ruangan. 'Fastline' yang terlihat seperti doodles terpecah-pecah itu menarik pengunjung untuk berpose.
Di akhir 2017 ini, Abenk hadir dengan lukisan-lukisan yang terlihat lebih matang. 'Fastline' dan karakter tak lagi dipisahkan, bentuk-bentuk yang disebut dengan 'fastline' dikasih warna oleh Abenk. Bentukan tersebut secara tak langsung menjadi karakternya.
![]() |
"Proses berkarya Abenk semakin terlihat sampai sekarang. Dia seniman muda yang diperhitungkan namanya, dan di seri-seri sekarang terlihat semakin matang," ujar Direktur Program RUCI Art Space, Melin Merrill pekan lalu.
Ingin melihat karya-karya Abenk Alter? Kunjungi pameran kolektif 'Place of Belonging' yang digelar di RUCI Art Space, Jakarta, sampai 28 Januari 2017.