Pria yang memiliki nama lengkap Muchlis Fachri itu menceritakan baginya sneakers itu seperti keinginan hidup yang harus terpenuhi. Salah satu pencarian sneakers yang pernah dikunjungi Muklay adalah ke negeri Sakura.
"Di sepanjang Harajuku, gue keliling, muter dari satu toko ke toko lainnya dan mencari sneakers model apa aja. Di satu toko gue ngeliat gila ada sneakers yang dimau. Kalau diitung-itung ke rupiah harganya sekitar Rp 300 ribuan," ujar Muklay ketika mengobrol detikHOT, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Museum Sneakers ala Muklay |
Lambat laun, Muklay pun mempelajari tren sneakers sekaligus budaya yang mempengaruhinya. Di tahun 2012, dia mulai meriset budaya sneakers.
![]() |
"Di barang yang gue pakai ada kekaguman tapi sekarang ada perubahan nilai si pengguna sneakers. Gue juga riset ternyata sneakers juga mempengaruhi bidang olahraga, musik, dan lain-lainnya," cerita Muklay.
"Jordan juga yang pertama kali membuat hits sneakers," tambah Muklay menyebutkan salah satu ikon legendaris pemain basket tersebut.
Lulusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu dikenal sebagai salah satu seniman muda yang mempopulerkan seni ilustrasi lowbrow (percampuran antara aliran popart dan surealis). Pada 2010 silam, Muklay menciptakan Junk Not Dead bersama ketiga kawannya.