'Floating Eyes' merespons maraknya perkembangan teknologi masa sekarang sekaligus mengkritik fenomena dunia maya. Warna-warna yang ditampilkan Wedhar Riyadi sengaja agak ngepop.
"Patung Floating Eyes yang paling tinggi itu 7 meter, aku lihat perkembangan sekarang ada pergeseran sosial. Teknologi, jejaring sosial, orang bisa sangat terbuka atau bebas. Bisa berpendapat, yang hampir tak terhingga tapi di sisi lain ya kayak semacam kita bisa diawasi atau dilihat orang. Kita juga bisa melihat orang lain," tutur Wedhar Riyadi menerangkan tentang karya seni 'Floating Eyes' kepada detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak berkarier dan berkarya periode akhir 1990an dan awal 2000an, Wedhar Riyadi memang sudah terpengaruh akan komik, anime, dan beragam karakter. Di karyanya kali ini unsur budaya populer tetap ada.
"Dari segi warna masih ada hubungannya. Secara teknis memang agak-agak berbeda, kalau dulu lebih ilustratif, warna-warna yang flat, sekarang aku lebih eksplorasi lagi. Di masalah tekstur dan kedalaman," kata Wedhar.
Wedhar Riyadi tergolomg seniman muda yang dipengaruhi zaman peralihan, ketika pengaruh Jepang mulai masuk ke dalam bentuk hiburan. Komik, anime, game nintendo, dan teknologi informasi mulai merebak luas di Tanah Air. Pengaruh tersebut bergesekan dengan budaya Yogyakarta yang dimiliki Wedhar Riyadi.
Terkadang di beberapa karyanya, Wedhar Riyadi menampilkan perjumpaannya sebagai orang Jawa dan cerita-cerita kartun, komik superhero, dan lain-lain.
Simak artikel berikutnya tentang Wedhar Riyadi!
(tia/doc)